Kebahagiaan menyelimuti keluarga kecil itu. Budi merasa semua kerja kerasnya terbayar lunas melihat prestasi anaknya.
Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu hari, Budi jatuh sakit karena kelelahan. Tubuhnya yang selama ini bekerja keras tanpa henti akhirnya menyerah. Ia harus dirawat di rumah sakit. Siti dan Anisa sangat khawatir melihat kondisi Budi.
Di rumah sakit Budi terus memikirkan bagaimana nasib keluarganya jika ia tidak bisa bekerja. Namun sang istri selalu memberikan semangat dan keyakinan bahwa mereka akan bisa melewati semua ini bersama-sama.
"Jangan khawatirkan kami, Pak. Kami akan baik-baik saja. Yang penting sekarang Ayah sembuh dulu," kata Siti sambil menggenggam tangan Budi.
Anisa pun tak kalah memberikan semangat.Â
"Ayah, aku sudah besar dan aku akan membantu Ibu. Ayah harus cepat sembuh."
Mendengar itu, Budi merasa haru dan bahagia. Ia bertekad untuk sembuh demi keluarganya.Â
Perlahan namun pasti, kesehatannya mulai membaik. Setelah beberapa minggu, Budi diizinkan pulang dari rumah sakit.
Saat rumah, Budi tidak lagi bekerja sekeras dulu. Ia kini lebih berhati-hati menjaga kesehatannya. Meskipun demikian, semangat kerja kerasnya tidak pernah surut. Ia tetap berusaha mencari cara untuk mendukung keluarganya, meski harus bekerja dengan cara yang berbeda.
Budi mulai memanfaatkan lahan di sekitar rumah untuk bercocok tanam sayuran. Ia juga membuat kerajinan tangan dari bambu yang kemudian dijual ke pasar. Dengan bantuan Siti dan Anisa, perlahan usaha kecil mereka mulai berkembang.
Suatu hari, Anisa mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah di kota.Â