Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Punggung Anak Penjahit dan Masa Depannya

1 Juni 2024   09:00 Diperbarui: 1 Juni 2024   09:12 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bayangan laki-laki (foto: pexels/Khrisna)

Di sebuah kampus yang subur, terletak di tengah kota yang ramai, hiduplah seorang mahasiswa bernama Fadli. 

Fadli adalah seorang pemuda yang cerdas dan bersemangat, bermimpi untuk meraih gelar sarjana dan menciptakan masa depan yang cerah. 

Dibalik semangatnya yang menyala-nyala, tersembunyi kekhawatiran yang mendalam akan beban keuangan yang semakin membebani dirinya.

Fadli merupakan anak dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang tukang kayu dan ibunya seorang penjahit. 

Mereka berdua berjuang keras untuk membiayai pendidikan Fadli di perguruan tinggi, dengan kenaikan biaya pendidikan setiap tahunnya, beban keuangan keluarga semakin bertambah berat.

Suatu hari, Fadli duduk di ruang kosong perpustakaan kampus, menatap layar laptopnya dengan raut wajah yang khawatir. Iamembuka situs web kampus untuk melihat rincian pembayaran UKT (Uang Kuliah Tunggal) semester depan, Fadli terperangah.

Biaya UKT telah mengalami lonjakan yang signifikan. Meskipun sudah berusaha menghemat dan bekerja paruh waktu di luar jam kuliah, Fadli menyadari bahwa ia dan keluarganya tidak akan mampu mengumpulkan uang sebanyak itu. Kehancuran tampaknya mengintai di balik sudut yang gelap.

Dalam keputusasaan, Fadli memutuskan untuk mencari bantuan dengan mengunjungi kantor administrasi kampus untuk mencari informasi tentang opsi beasiswa atau bantuan keuangan lainnya.  Sayang, apa yang ia temui membuatnya semakin putus asa.

Rupanya persyaratan untuk mendapatkan beasiswa semakin ketat dan persaingan semakin sengit. Fadli merasa seperti terjebak dalam labirin tanpa jalan keluar. Dirinya tidak ingin membebani orangtuanya lebih jauh dengan meminta pinjaman uang, namun ia juga tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Setiap hari, Fadli terus berusaha menjalani kehidupannya. Menghadiri kuliah-kuliahnya dengan penuh semangat, meskipun beban keuangan yang menggantung di atas kepalanya terasa semakin berat. 

Fadli mencoba mencari pekerjaan paruh waktu tambahan, tetapi sulit menemukan yang sesuai dengan jadwal kuliahnya.

Fadli yang sudah tidak tahan memutuskan untuk berbagi kekhawatirannya dengan teman sekamarnya, Rani. 

Rani adalah teman yang selalu setia mendengarkan dan memberikan dukungan. Setelah mendengarkan cerita Fadli, Rani menawarkan sebuah ide yang mungkin bisa membantu.

"Kenapa kita tidak mencoba membuat kampanye penggalangan dana untukmu?" ujar Rani dengan semangat.

"Kita bisa menggunakan media sosial dan membagikan ceritamu kepada orang-orang. Siapa tahu, mungkin akan ada orang yang peduli dan bersedia membantu."

Awalnya ragu, Fadli akhirnya setuju untuk mencoba. Bersama-sama, mereka membuat posting di media sosial yang menceritakan tentang perjuangan Fadli untuk tetap berkuliah di tengah beban keuangan yang berat. 

Mereka membuat akun penggalangan dana online dan membagikan linknya kepada teman-teman dan keluarga.

Tidak lama kemudian, dukungan mulai mengalir. Orang-orang dari berbagai kalangan memberikan sumbangan, baik besar maupun kecil, untuk membantu Fadli melanjutkan pendidikannya. Fadli terharu melihat betapa banyak orang yang peduli padanya dan bersedia membantu.

Mengantongi bantuan dari banyak orang baik hati, Fadli akhirnya berhasil mengumpulkan dana yang cukup untuk membayar UKT semester depan. 

Fadli merasa sangat bersyukur dan terharu atas semua bantuan yang ia terima. Lebih dari itu, ia merasa terinspirasi untuk terus berjuang dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Kegembiraan Fadli setelah berhasil mengumpulkan dana untuk membayar UKT-nya semester depan hanya berlangsung singkat.

Suatu pagi, ketika Fadli sedang bersiap-siap untuk pergi ke kampus, ia menerima telepon yang mengubah hidupnya selamanya.

"Saya mohon maaf, ada kecelakaan. Ayah dan ibumu..." suara petugas polisi di ujung telepon terputus-putus.

Detik-detik berikutnya terasa seperti mimpi buruk bagi Fadli. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil yang tragis. 

Fadli terdiam, terpaku oleh kehilangan yang mendalam. Rasanya seperti bumi berhenti berputar, dan semua harapan yang ia bangun hancur berkeping-keping.

Ditengah duka yang mendalam, Fadli merasa seperti dunia runtuh di atas pundaknya. Ayah dan ibunya bukan hanya orang tua baginya, tapi juga pilar kekuatan dan inspirasi dalam hidupnya. 

Mereka adalah orang-orang yang selalu mendukung dan mendorongnya untuk mencapai impian-impiannya. Kehilangan mereka meninggalkan lubang yang tak tergantikan dalam hati Fadli.

Sekali lagi, dalam keputusasaan dan kesepian yang menyelimuti dirinya, Fadli menemukan dukungan dari teman-temannya, terutama Rani. 

Rani berada di sampingnya setiap langkah, memberikan bahu untuk menangisi, telinga untuk mendengarkan, dan tangan untuk membantu. Bersama, mereka berbagi beban kesedihan dan mencoba menemukan cara untuk melanjutkan kehidupan.

Ketika Fadli memeriksa keadaan keuangan keluarga setelah kepergian orang tuanya, ia menyadari bahwa situasinya semakin sulit. 

Tanpa pekerjaan yang stabil, Fadli tidak memiliki sumber penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk membayar biaya kuliah.

Fadli merasa seperti semua pintu telah tertutup baginya. Namun, di tengah kegelapan yang menyelimutinya, Fadli menemukan percikan cahaya kecil yang memberinya harapan baru. 

Sebuah surat dari kantor administrasi kampus tiba di kotak suratnya, memberitahunya tentang sebuah program bantuan keuangan khusus untuk mahasiswa yang mengalami kesulitan.

Dengan hati yang berdebar-debar, Fadli mengumpulkan semua dokumen yang diperlukan dan mengajukan permohonan untuk program bantuan itu. 

Fadli menceritakan dengan jujur tentang tragedi yang menimpanya dan kesulitan keuangan yang ia hadapi. Meskipun ragu-ragu, Fadli berharap bahwa program ini bisa memberinya sedikit bantuan dalam mengatasi situasinya.

Beberapa minggu kemudian, Fadli menerima kabar yang menggembirakan. Permohonannya untuk program bantuan keuangan telah disetujui.

Fadli diberikan bantuan biaya kuliah penuh serta dukungan tambahan untuk kebutuhan sehari-hari. Fadli merasa seperti mendapat angin segar setelah terperangkap dalam badai kesulitan.

Dengan bantuan dari program bantuan keuangan dan dukungan dari teman-temannya, Fadli berhasil melanjutkan studinya di kampus. Meski dengan langkah yang penuh dengan kesedihan dan tantangan, ia tidak pernah menyerah. 

Fadli mengambil setiap hari sebagai kesempatan baru untuk meraih mimpi-mimpinya, sambil tetap mengenang dan menghormati warisan orang tuanya.

Kisah Fadli mengajarkan kita tentang kekuatan tekad, keberanian, dan dukungan dari orang-orang di sekitar kita. 

Terkadang hidup membawa penderitaan dan kesulitan yang tak terduga, dengan tekad dan dukungan yang kuat, kita bisa mengatasi semua rintangan dan meraih harapan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun