Mereka mengatakan bahwa mereka melihat sosok bayangan Aria yang berkeliling di antara pepohonan, wajahnya penuh dengan kesedihan yang tak terucapkan.Â
Terdapat satu orang di desa itu yang tidak takut pada legenda tersebut. Seorang gadis muda bernama Lina, yang memiliki semangat petualangan yang besar dan hati yang penuh keberanian.Â
Dia tidak percaya pada cerita-cerita takhayul dan bertekad untuk menemukan kebenaran di balik misteri hilangnya Aria.
Suatu malam, dengan penuh tekad, Lina memasuki hutan gelap sendirian. Cahaya bulan menyinari jalannya, namun bayang-bayang yang menakutkan membuat hatinya berdebar kencang.
Dia berjalan melalui lorong-lorong pepohonan yang menyusun labirin alami hutan itu, terus mengikuti suara tangisan yang semakin jelas.
Akhirnya, dia tiba di sebuah jalan buntu di tengah hutan, di mana suara tangisan itu semakin kuat.Â
Dengan hati-hati, Lina melangkah maju dan dihadapkan dengan pemandangan yang mengguncangkan: di hadapannya, berdiri sosok bayangan seorang anak kecil yang tampaknya menangis.
Lina tidak gentar. Dia mendekati anak kecil itu perlahan-lahan, mencoba menenangkan dengan suara lembutnya.Â
"Apa yang terjadi, nak?" tanyanya dengan penuh empati.
Sosok bayangan itu perlahan-lahan mengangkat kepalanya, dan mata yang dipenuhi kesedihan itu menatap Lina.
"Aku hilang, kakak," ucapnya dengan suara gemetar. "Aku mencoba pulang, tapi aku tak bisa menemukan jalan."