Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Dirimu dan Setangkai Bunga Harapan

7 Mei 2024   18:45 Diperbarui: 7 Mei 2024   18:49 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga dalam genggaman (sumber: outerbloom.com)

Di sebuah kota kecil yang dikelilingi pegunungan,  hiduplah seorang laki-laki bernama Andi.

Andi adalah seorang pekerja kantoran yang hidupnya terasa monoton. Setiap hari, dia bangun pagi-pagi, berangkat kerja, pulang, dan tidur kembali. Namun, di balik rutinitasnya yang membosankan, Andi menyimpan impian untuk menemukan cinta sejati.

Suatu hari, ketika Andi sedang berjalan pulang dari kantor, dia melihat seorang wanita yang mengguncang dunianya.

Diketahui wanita itu bernama Lail. Dia adalah seorang guru dan penjual bunga. Ia dikenal sebagai seorang yang penyayang, khusus pada para anak kecil. Lail memiliki senyuman yang memikat dan mata yang memancarkan keceriaan.

Andi terpesona oleh kecantikan Lail, tanpa ragu, dia mendekat untuk berkenalan. Mereka pun mulai saling bertukar cerita dan tertawa bersama. 

Andi merasa seperti dia telah menemukan potongan yang hilang dalam hidupnya. Namun, ketika dia bermaksud mengajak Lail untuk makan malam, Lail menolak dengan lembut.

"Maaf, Andi. Aku sudah memiliki rencana lain malam ini," ujar Lail sambil tersenyum.

Meskipun kecewa, Andi menghormati keputusan Laik dan berjanji untuk bertemu lagi. 

Setelah pertemuan pertama mereka, Andi menjadi semakin tertarik pada Lail. Dia sering meluangkan waktu untuk mengunjungi tempat-tempat di mana Lail biasanya berjualan bunga, hanya untuk melihat senyuman indahnya.

Perlahan Andi menyadari, semakin sering ia bertemu dengan Lail, semakin jelas baginya bahwa sang pujaan hatinya tersebut memiliki rahasia yang disembunyikan. 

Dia terlihat murung di antara keceriaannya, dan kadang-kadang Andi melihat ekspresi sedih di matanya. Andi merasa tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang wanita yang baru dikenalnya itu.

Sampai pada suatu hari, ketika ketika Lail sedang berjualan bunga di taman kota, Andi memutuskan untuk mengajaknya berbicara secara pribadi.

"Lail, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Andi dengan penuh perhatian.

Lail tersenyum tipis, namun pelan menggeleng pelan. 

"Sebenarnya, Andi, ada sesuatu yang harus aku katakan padamu. Aku punya penyakit langka yang membuatku sering merasa lelah dan sakit. Itulah sebabnya kadang-kadang aku terlihat murung."

Andi terkejut mendengarnya, namun dia tetap berdiri di samping Lail dengan penuh perhatian. Dia merasa semakin terikat pada wanita itu, tidak peduli apa pun yang dia hadapi.

"Lail, aku tidak peduli dengan penyakitmu. Insyallah bila Allah mengizinkan, aku akan selalu berada di sampingmu" ujar Andi tulus.

Melihat ketulusan Andi, Lail tersenyum lebar. Mereka pun mulai bertemu secara teratur. Andi semakin yakin bahwa dia telah menemukan cinta sejatinya.

Kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Suatu pagi, Lail harus dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya yang memburuk. Andi merasa cemas dan tidak bisa berhenti memikirkan Lail di ruang perawatan.

Selama berhari-hari, Andi menjaga Lail di rumah sakit, memberinya dukungan dan cinta tanpa isyarat. Meskipun terkadang dia merasa putus asa, Andi bertekad untuk tetap bersama Lail.

Akhirnya, setelah berjuang melawan penyakitnya selama beberapa minggu, Lail akhirnya pulih. Saat mereka berdua duduk di taman kota, Lail menatap Andi dengan penuh rasa syukur.

"Terima kasih, Andi. Tanpa dukunganmu, aku tidak akan pernah sembuh," ucap Lail dengan suara lembut.

Andi tersenyum dan sedikit tetesan air jatuh dari kedua matanya. Dalam keheningan, Andi dan Lail merasakan kebahagiaan yang mendalam. 

Mereka menyadari bahwa cinta sejati bukanlah tentang keindahan fisik atau kesempurnaan, tetapi tentang kesetiaan, dukungan, dan komitmen untuk saling menjaga di tengah badai kehidupan.

"Mas-mas, jangan melamun, udah mau magrib," ucap seorang wanita di pinggir jalan. 

"Ya Allah, iya mbk, maaf ya," ucapku.

"Masnya dari tadi bengong, jadi beli bunga atau tidak?" tanya wanita tersebut. 

"Ooo, iya-iya mbk, satu ya," terusku.

"Ini mas bunganya, dijaga baik-baik ya, biar awet mekarnya," jelas wanita penjual bunga.

"Iya, insyallah," tutupku sambil tersenyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun