Sampai pada suatu hari, ketika ketika Lail sedang berjualan bunga di taman kota, Andi memutuskan untuk mengajaknya berbicara secara pribadi.
"Lail, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Andi dengan penuh perhatian.
Lail tersenyum tipis, namun pelan menggeleng pelan.Â
"Sebenarnya, Andi, ada sesuatu yang harus aku katakan padamu. Aku punya penyakit langka yang membuatku sering merasa lelah dan sakit. Itulah sebabnya kadang-kadang aku terlihat murung."
Andi terkejut mendengarnya, namun dia tetap berdiri di samping Lail dengan penuh perhatian. Dia merasa semakin terikat pada wanita itu, tidak peduli apa pun yang dia hadapi.
"Lail, aku tidak peduli dengan penyakitmu. Insyallah bila Allah mengizinkan, aku akan selalu berada di sampingmu" ujar Andi tulus.
Melihat ketulusan Andi, Lail tersenyum lebar. Mereka pun mulai bertemu secara teratur. Andi semakin yakin bahwa dia telah menemukan cinta sejatinya.
Kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Suatu pagi, Lail harus dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya yang memburuk. Andi merasa cemas dan tidak bisa berhenti memikirkan Lail di ruang perawatan.
Selama berhari-hari, Andi menjaga Lail di rumah sakit, memberinya dukungan dan cinta tanpa isyarat. Meskipun terkadang dia merasa putus asa, Andi bertekad untuk tetap bersama Lail.
Akhirnya, setelah berjuang melawan penyakitnya selama beberapa minggu, Lail akhirnya pulih. Saat mereka berdua duduk di taman kota, Lail menatap Andi dengan penuh rasa syukur.
"Terima kasih, Andi. Tanpa dukunganmu, aku tidak akan pernah sembuh," ucap Lail dengan suara lembut.