Seperti telah diungkapkan, jalur adalah perahu yang terbuat dari kayu gelondongan. Sementara "pacu" merujuk pada lomba mendayung. Dalam konteks ini, "pacu jalur" mengacu pada perlombaan dayung dengan menggunakan jalur.
Menurut Hasbullah, perlombaan pacu jalur mulai dikenal oleh masyarakat Rantau Kuantan sekitar tahun 1990. Pada saat itu, perahu-perahu besar sering digunakan sebagai alat transportasi dalam perlombaan. Seiring berjalannya waktu, pacu jalur diadakan di berbagai kampung sepanjang Batang Kuantan.
Warga setempat menjalankan pacu jalur untuk merayakan hari-hari besar dalam Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad, Idul Fitri, dan Tahun Baru Islam. Pada awalnya, pemenang pacu jalur tidak menerima hadiah. Namun, setelah perlombaan selesai, masyarakat mengadakan jamuan makan bersama dengan hidangan seperti konjo, godok, dan arau lopek.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H