Bicara soal Surabaya, sebuah kota yang berada di pesisir timur, yang sekaligus menjadi ibukota Provinsi Jawa Timur. Surabaya sendiri dikenal sebagai Kota Pahlawan dengan beragam kisah sejarah didalamnya, salah satunya momen 10 November 1945.
Saat itu, arek-arek Suroboyo berjuang keras mempertahankan wilayahnya dari gempuran tentara Inggris dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Bermodal persenjataan seadanya, mereka berjibaku membendung gempuran para penjajah yang telah dilengkapi senjata yang canggih. Meski begitu, berkat perjuangan keras, tumpah darah, dan doa seluruh rakyat Indonesia, Kota Surabaya sukses dipertahankan dari para penjajah.
Selepas pertempuran dashyat tersebut, setiap 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Sejarah dan Perkembangan Etnis China di Surabaya
Seperti yang dijelaskan tadi bahwasanya Surabaya memiliki beragam kisah sejarah dan peninggalan yang masih sangat terjaga, salah satunya Kampung Cina atau Pecinan.
Etnis China mulai menetap di Indonesia diperkirakan sekitar abad 11, sekitar tahun 1000-an dengan tujuan sebagai tempat persinggahan para pedagang, dimana seperti yang kita ketahui posisi Indonesia sangatlah strategis, berada di jalur perdagangan dunia.
Tahun-tahun berikutnya, tepatnya pada abad-14, penduduk etnis China mulai menjelajahi lebih wilayah Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Pelan-pelan, mulai terbentuklah kawasan penduduk Tionghoa, seperti di daerah utara Jawa dan Surabaya.
Disisi lain, ada pemuka besar Tionghoa yang menyakinkan orang-orang nya bahwa tinggal di Indonesia, khususnya di Jawa merupakan pilihan yang tepat. Pemuka tersebut masyarakat kenal dengan nama Laksamana Cheng Ho.
Ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho di Jawa difokuskan di daerah timur, atau yang kita kenal sekarang sebagai Jawa Timur, tepatnya tahun 1405-1433. Cheng Ho adalah keturunan suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han.
Ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho di Jawa Timur akhirnya membawanya memeluk agama Islam, meski begitu, masih belum jelas mengenai hal tersebut. Banyak sejarahwan yang masih mencari sumber terpercaya terkait agama terakhir yang dianut oleh Laksamana Cheng Ho.
Bertahun-tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1900-an, orang-orang Tionghoa berbondong-bondong mulai masuk ke Jawa, terutama di Kota Surabaya. Disisi lain, saat itu Indonesia masih berada dikekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda.
Pemerintah Kolonial Belanda yang menyadari kedatangan etnis Tionghoa yang kian membeludak akhirnya menertibkan mereka, dengan membuat satu wilayah khusus untuk tempat tinggal mereka. Tempat tersebut kita kenal sekarang sebagai Kampung Pecinaan Kya-kya Surabaya.
Kampung Pecinaan Kya-kya Surabaya merupakan kawasan tempat tinggal etnis Tionghoa yang dibangunan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Nama "kya-kya" memiliki arti jalan-jalan. Kampung Pecinan Surabaya menyuguhkan pemandangan bangunan-bangunan khas Tionghoa, seperti klenteng. Kampung ini terletak di Jalan Kapasan Dalam, Kecamatan Simokertoa, Kota Surabaya.
Penanggung Jawab Wisata Kampung Pecinaan Kapas Dalam, Suk-Doni mengungkapkan bahwa yang tinggal disini merupakan orang-orang asli keturunan Tionghoa yang tergolong mampu. Ia mengatakan bahwa etnis Tionghoa merasa aman dan nyaman selama tinggal disana.
"Banyak sekali orang Tionghoa yang cukup mampu tapi mereka malah memilih tinggal di kampung ini, karena merasa aman dan nyaman,” kata Suk-Doni saat ditemui Tim Bangga Surabaya, Rabu (2/12/2020).
Jika datang menjelang sore, para pengunjung disana akan disuguhkan banyak lampion yang menghiasi sepanjang Kampung Pecinaan, suasana menjadi semakin hening dan remang-remang khas budaya Cina.
Selain kawasan sarat nilai sejarah, di Kampung Pecinaan ini kita juga disuguhkan spot foto estetik kekinian ala-ala anak muda zaman sekarang. Seiring berjalannya waktu, kampung ini semakin terkenal karena banyak diposting di media sosial, seperti instagram.
Semoga Pemerintah Kota Surabaya senantiasa dapat menjaga keaslian Kampung Pecinaan ini sebagai peninggalan sejarah dan wisata edukasi untuk masyarakat, serta generasi muda di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H