Indonesia baru saja merayakan hari jadi yang ke-77 tahun, tepat pada Rabu, 17 Agustus 2022 yang lalu. Serangkaian upacara pengibaran bendera dan perlombaan mewarna HUT RI tersebut.
Hari kemerdekaan Indonesia tentu menyimpang sangat banyak nilai sejarah didalamnya, disana tersimpan perjuangan, tumpah darah para pahlawan yang dengan gigih maju di medan perang melawan penjajah demi meraih kemenangan yang seutuhnya, sehingga bisa lepas dari belenggu kesengsaraan.
Berbicara soal sejarah, tentu disetiap daerah memiliki cerita sejarahnya masing-masing, tidak terkecuali Kota Surabaya.
Kota Surabaya
Surabaya merupakan ibukota dari Provinsi Jawa Timur, dan sekaligus menjadi kota terbesar kedua setelah Jakarta. Kota ini memiliki luas 374 km persegi. Memiliki julukan "Kota Pahlawan", dimana sarat akan nilai sejarah, utamanya momen 10 November, dimana kala itu arek-arek Suroboyo berjuang dengan persenjataan sederhana, melawan gempuran tentara Inggris dan sekutunya yang bersenjata canggih.
Pada akhirnya masyarakat Surabaya sukses memukul mundur para penjajah, meski harus menumpahkan ribuan, bahkan ratusan nyawa para pejuang, dari yang muda hingga tua.
Hari itu, bertepat pada 10 November 1945 ditetapkan sebagai "Hari Pahlawan" di seluruh Indonesia yang diperingati hingga saat ini. Dari berbagai peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Surabaya, tentu menyisakan yang namanya peninggalan sejarah.
Sejarah Jalan Gula dan Karet
Kota Surabaya memiliki berbagai kawasan bersejarah, seperti Jembatan Merah, Tugu Pahlawan, Masjid Ampel Surabaya, Gedung Siola, Museum 10 November, serta Jalan Gula dan Karet.
Bicara soal kawasan Jalan Gula dan Karet, tentu orang asli Surabaya dan sekitarnya tidak lagi asing dengan kedua jalan ini, khususnya bagi para fotografer.
Bukan tanpa alasan kedua jalan ini sangat disukai oleh para fotografer, sebab disana kita akan disuguhkan vintage tempo dulu, serta memiliki sejarah yang bikin penasaran tentunya.
Jalan Karet sendiri berada dikawasan Tunjungan, dulunya dikenal dengan nama Chinesevorstraat. Disepanjang jalan, kita akan disuguhkan pemandangan berupa bangunan-bangunan khas Belanda yang berjejer rapi dan masih sangat dijaga keasliannya.
Pada tahun 1700-1800an, Jalan Karet ini merupakan jalur perdagangan utama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang menuju Pelabuhan Kalimas. Lantaran menjadi jalan utama, maka Pemerintah Kolonial Belanda kali itu mendirikan bangunan-bangunan pemerintahan untuk menunjang keberlancaran perusahaan perdagangan kongsi terbesar tersebut.
Selain pengaruh dari Pemerintah Kolonial Belanda, di Jalan Karet kita juga bisa temui bangunan khas Cina, salah satunya rumah sembayang Keluarga Han Bwee Koo yang berdiri sejak tahun 1876. Kini bangunan tersebut sudah dijadikan museum oleh Pemerintah Surabaya.
Selain museum, ada juga kelenteng Hok An Kiong yang berdiri sekitar tahun 1830-an dan merupakan kelenteng tertua di Surabaya yang masih sangat terjaga keasliannya.
Kawasan Jalan Karet nyatanya terkenal sampai dimana-mana, banyak pelancong dari luar Jawa Timur datang ke tempat ini hanya untuk mengetahui sejarah maupun sekedar bersua foto.
Kemudian Jalan Gula, merupakan salah satu tempat yang paling vintage di Kota Surabaya. Jalan ini berada di Kelurahan Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantian, memiliki panjang sekitar 100 meter, meski tergolong pendek untuk seukuran jalan, disini kalian para pecinta foto akan disuguhkan pemandangan berupa bangunan-bangunan lama bergaya China.
"Sejarahnya dulu kedatangan golongan koloni Tionghoa pertama kali di abad ke-17. Kemudian menyebar di Kembang Jepun. Sebelumnya, namanya Chinese Voostrad atau Jalan Pecinan, yang mana di tahun 1955 berubah nama," ujar Kuncarsono, Pengamat Sejarah Kota Surabaya.
Sebelum dihuni etnis Tionghoa, dulunya, sekitar tahun 1600-an merupakan bagian dari kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda.
Pemberian nama Jalan Gula sendiri berawal dari akhir abad ke 19, saat itu kawasan tersebut kerap menjadi lokasi bongkar muat gula, sehingga orang-orang sekitar menyebutnya Jalan Gula.
Dinding-dinding bata khas zaman dahulu berjajar menghimpit Jalan Gula yang sempit memberikan kesan vintage tempo dulu, tak ayal tempat ini sering digunakan para anak muda untuk berfoto, bahkan seringkali dijumpai adanya foto prewedding di Jalan Gula ini.
Itulah salah satu jalan di Surabaya yang memiliki keindahan, serta sarat akan nilai sejarah. Semoga pemerintah setempat senantiasa menjaga keaslian bangunan-bangunan zaman dahulu sebagai sarana edukasi dan hiburan bagi generasi penerus bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H