Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Peringatan Hari HIV/AIDS: Kemalangan karena Kebebasan!

2 Desember 2021   05:15 Diperbarui: 2 Desember 2021   05:19 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster peringatan hari HIV/AIDS (sumber: tribunnews.com)

Tepat 1 Desember 2021 kemarin jutaan orang di dunia merayakan Hari HIV/AIDS, khususnya bagi penyitas penyakit AIDS dan HIV.

Sejarah peringatan Hari HIV/AIDS berawal dari tahun 1988, tepatnya pada momen Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dipelopori menteri kesehatan sedunia. Dimana saat itu sedang ada program pencegahan AIDS bagi masyarakat dunia.

Pertemuan pada 1 Desember 1988 itu pada akhirnya diresmikan sebagai awal memperingati Hari HIV/AIDS sedunia. Peringatan ini ditunjukan sebagai penghormatan untuk semua pengidap HIV/AIDS yang telah meninggal, sekaligus menjadi ajang kampanye tentang bahayanya HIV/AIDS pada masyarakat.

Dalam peringatan Hari HIV/AIDS, berikut merupakan poin yang dikampanyekan, yaitu;

1. Komitmen mengakhiri penyebaran HIV/AIDS
2. Sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS bagi kehidupan seseorang
3. Saling mengatasi HIV/AIDS bersama-sama
4. Selalu memberi dukungan bagi pengidap HIV/AIDS
5. Memberdayakan hidup sehat dan menghindari pergaulan bebas.

Poin-poin diatas memang sangat perlu ditekankan, apalagi saat ini hampir semua lapisan mengalami degradasi moral, dari muda sampai tua tidak luput darinya.

Seperti kita ketahui, HIV/AIDS merupakan penyakit yang datang karena adanya aktivitas seks yang dilakukan dengan lebih dari satu orang, atau bisa dikatakan seks bebas. Perbuatan semacam ini dipicu oleh pergaulan yang tidak terkontrol, sehingga semua perbuatan dilakukan, tidak peduli baik buruk.

Biasanya diawali dengan aktivitas mabuk-mabukan, kemudian narkoba, dan sampai pada seks bebas. Seperti yang kita ketahui, kebudayaan semacam ini merupakan kebudayaan barat. Manusia bila melakukan perbuatan seperti tidak ada bedanya dengan hewan.

Kebudayaan seperti itu sangatlah bertolakbelakang dengan kultur orang Indonesia yang sangat menjunjung etika dan moral, jalankan seks dan pergaulan bebas, dekat dengan lawan jenis saja harus ada etika dan peresmiannya, sebut saja pernikahan.

Kendati demikian bukan berarti negara Indonesia bebas dari penyandang HIV/AIDS. Jumlah penyandang HIV/AIDS di Indonesia dari tahun 2010-2019 mencapai 50.282 kasus. Angka sebanyak ini bukanlah angka yang sedikit. Dari data ini bisa dikatakan bahwa di Indonesia sendiri pergaulan bebas masihlah marak terjadi.

Seperti pernyataan diatas, virus HIV menjangkit seseorang yang gemar kali berhubungan seks dengan lebih dari satu orang.

Sekarag mari kita tilik kehidupan remaja di Indonesia, karena pengaruh teknologi, budaya kebarat-baratan, belum lagi keluarga yang tidak terlalu respon terhadap kehidupan anaknya membuat pergaulan bebas meningkat.

Jelas pergaulan bebas tidak bisa dipisahkan dengan seks bebas. Meski sudah disosialisasikan tentang bahaya seks bebas dan virus HIV, masih banyak saja pihak yang mengabaikannya.

Seks bebas dan penyandang HIV/AIDS akan terus bertambah, selama orang yang bersangkutan belum terkena penyakit HIV yang kemungkinan merenggut sisa hidup nya. Bila sudah begini yang ada hanya penyesalan. Minum obat sepanjang hidup, imun menurun, dan semua penyakit dengan mudah masuk tubuh kita. Itulah yang terjadi. Kebebasan yang singkat menimbulkan kemalangan yang abadi.

Indonesia sendiri memiliki program kemasyarakatan Kader Peduli AIDS (KPA) bertujuan untuk pemberdayaan kumpulan orang yang sudah terkena HIV dengan menggalakan program hidup sehat supaya bisa survive untuk bertahan hidup.

Sedangkan program untuk menanggulangi agar tidak terjadi atau terkena HIV/AIDS seperti sosialisasi dari berbagai rumah sakit tentang bahaya HIV/AIDS di desa ataupun kota.

Selain dari pemerintah, peran keluarga jelaslah dibutuhkan, penanaman nilai sopan santun, agama, dan pengajaran tentang berbagai perbuatan terlarang harus diajarkan sejak dini supaya bisa membentuk karakter anak yang baik.

Terlepas dari itu semua, penanggulangan agar tidak terkena HIV/AIDS terletak pada diri kita sendiri, seperti yang kita ketahui, HIV merupakan virus yang berbahaya yang tidak ada obatnya sampai saat ini, pemicunya pun seks bebas yang jelas-jelas dilarang, baik secara agama ataupun nilai sosial.

Kita sebagai manusia yang berakal dan berbudi pekerti tentunya harus bisa membedakan yang benar dan salah agar menjadi manusia yang bermanfaat dunia dan akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun