Tepat 1 Desember 2021 kemarin jutaan orang di dunia merayakan Hari HIV/AIDS, khususnya bagi penyitas penyakit AIDS dan HIV.
Sejarah peringatan Hari HIV/AIDS berawal dari tahun 1988, tepatnya pada momen Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dipelopori menteri kesehatan sedunia. Dimana saat itu sedang ada program pencegahan AIDS bagi masyarakat dunia.
Pertemuan pada 1 Desember 1988 itu pada akhirnya diresmikan sebagai awal memperingati Hari HIV/AIDS sedunia. Peringatan ini ditunjukan sebagai penghormatan untuk semua pengidap HIV/AIDS yang telah meninggal, sekaligus menjadi ajang kampanye tentang bahayanya HIV/AIDS pada masyarakat.
Dalam peringatan Hari HIV/AIDS, berikut merupakan poin yang dikampanyekan, yaitu;
1. Komitmen mengakhiri penyebaran HIV/AIDS
2. Sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS bagi kehidupan seseorang
3. Saling mengatasi HIV/AIDS bersama-sama
4. Selalu memberi dukungan bagi pengidap HIV/AIDS
5. Memberdayakan hidup sehat dan menghindari pergaulan bebas.
Poin-poin diatas memang sangat perlu ditekankan, apalagi saat ini hampir semua lapisan mengalami degradasi moral, dari muda sampai tua tidak luput darinya.
Seperti kita ketahui, HIV/AIDS merupakan penyakit yang datang karena adanya aktivitas seks yang dilakukan dengan lebih dari satu orang, atau bisa dikatakan seks bebas. Perbuatan semacam ini dipicu oleh pergaulan yang tidak terkontrol, sehingga semua perbuatan dilakukan, tidak peduli baik buruk.
Biasanya diawali dengan aktivitas mabuk-mabukan, kemudian narkoba, dan sampai pada seks bebas. Seperti yang kita ketahui, kebudayaan semacam ini merupakan kebudayaan barat. Manusia bila melakukan perbuatan seperti tidak ada bedanya dengan hewan.
Kebudayaan seperti itu sangatlah bertolakbelakang dengan kultur orang Indonesia yang sangat menjunjung etika dan moral, jalankan seks dan pergaulan bebas, dekat dengan lawan jenis saja harus ada etika dan peresmiannya, sebut saja pernikahan.
Kendati demikian bukan berarti negara Indonesia bebas dari penyandang HIV/AIDS. Jumlah penyandang HIV/AIDS di Indonesia dari tahun 2010-2019 mencapai 50.282 kasus. Angka sebanyak ini bukanlah angka yang sedikit. Dari data ini bisa dikatakan bahwa di Indonesia sendiri pergaulan bebas masihlah marak terjadi.