Terlepas dari itu semua, sebenarnya ada hikmah yang dapat kita ambil. Ketika pengamen datang ke rumah, banyak dari kita sengaja menutup rumah supaya pengamen itu tidak berhenti didepannya, atau dengan berkata "libur mas."
Hal semacam ini memang sudah bukan rahasia umum dan tidak bisa disalahkan, namun ada hal yang mungkin lebih baik yang bisa kita lakukan kala ada pengamen, yaitu memberi mereka, entah uang, makanan, atau rokok.
Kadang kala dengan kita memberi seribu atau dua ribu rupiah cukup membuat mereka senang, hal ini dapat kita lihat dengan mereka menyanyikan lagunya cukup lama.
Selain itu, para pengamen pun tentu akan berterimakasih dan mendoakan kebaikan untuk kita. Entah ikhlas atau hanya sekedar di mulut saja, tidak ada yang tau.
Tidak ada salahnya bukan, disini penulis tidak bicara soal dibuat apa setelah mendapat uang atau berapa pun penghasilan mereka, namun cara kita memberi pada sesama, keikhlasan hati dari mengulurkan tangan pada sesamalah yang menjadi poin penting.
Pengamen pun tidak ingin jadi pengamen, kehidupan yang keras menekan mereka, maka inilah jalan hidup mereka, tidak ada yang bisa disalahkan, ini sudah suratan takdir.
Dengan adanya pengamen dan kita, menunjukan arti kata adanya tangan diatas dan tangan dibawah dengan segala niat yang terkandung didalamnya. Memilih keikhlasan untuk memberi atau mengabaikan pintu rezeki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H