"Ini jelas bukan perbuatan manusia dan tentu saja bukan perbuatan setan, Mulazzim. Kita harus ke sana"
"Tidak kita tidak bisa memberikan pancingan pada mereka"
"Mereka jelas tidak memancing kalau menurutku mereka memang benar-benar sudah kalah dalam perang ini", kataku dengan begitu yakinnya.
Kami langsung maju dengan berani dan melihat sudah tidak ada lagi orang di balik parit. Aku melihat ada kapal besar yang meninggalkan Galipoli.
Paman Muchtar
"Apa yang telah membuatmu datang ke sini. Seandaninya aku tidak ada di sini. Kau bisa meminta izin Adnan untuk menikahi Aisyah atau kau bisa meminta bantuan Paman Luthfi bahkan kau bisa meminta bantuan Mahmud. Kau jangan menyusahkan dirimu ke sini "
"Aku Ikhlas Paman membela Khalifah. Adapun kalau aku kali ini bertemu denganmu itu sudah menjadi  takdir Allah. Aku sudah menyerahkan diriku jika terjadi sesuatu yang paling buruk"
"Kau mempunyia kemiripan dengan Kakekmu"
Tentu aku tidak tahu dengan hal itu karena kakekku sudah meninggal ketika kami di Sumatra. Tampaknya ia begitu menyambut diriku. Tentu saja aku menunggu kerelaan Aisyah menerima lamaran.
"Kita harus segera siapkan dan Turki telah mengizinkan aku untuk pulang setelah perang ini. Waktu tiga bulan harus kita manfaatkan. Aku juga mendapat tugas di Makkah menjadi kita harus adakan. Aku juga arus bilang Adnan kabar gembira ini"
Perpisahan Mulazim Ilham