Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] Ismail the Forgotten Arab [Bagian 28 - Habis]

23 Oktober 2017   08:12 Diperbarui: 23 Oktober 2017   08:21 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ia menggelengkan kepala tampaknya kau sudah begitu resah dengan keadaan demikian. Aku merasakan hal itu. Tetapi tidak ada yang memerintakan untuk maju.

Aku memperhatikan tembakan mereka terus berulang-ulang sepertinya mereka ingin menunjukkan kehadran mereka di tempat itu padahal sebenarnya tidak ada seorang pun di tempat tersebut.

Tentu saja hal ini mengagetkan Mulazim Awwal tersebut

"Ah, kau jangan berspekulan seperti itu"

"Aku sebagai sukarelawan mau untuk memeriksa tempat tersebut"

Aku akan larang hal tersebut. "jangan kau membuat sesuatu yang akan membuatku menyesal dengan memberikan izin ke sana. Aku akan memberikan izin sampai ada pasukan yang akan mengantikanmu"

Berdiam di tempat ini tanpa ada suatu kepastian. Ya, di sini tidak ada kepastian. Kapal-kapal tersebut tambah banyak dan menggempur. Mereka tampaknya siap akan memberikan perlawanan yang sangat keras sekali bagi pasukan musuh tersebut.

Ada bunyi yang muncul di kegelapan kami tidak mendapati apapun. Semuanya serasa gelap sekali. Kami mencoba kembali menenggok dan kali ini peluru-peluru kembali menerang dan berdentum. Mulazzim lagi-lagi terus memerintahkan untuk tetap bersabar menunggu perintah darinya. Aku yang menjadi bawahannya selalu menurut namun aku membuat sesuatu strategi yang akan mengeluarkan aku dari sini. Aku tidak mau bertahan. Aku hanya mendengra rentetan senapan saja.  

Tidak ada sneapan Mesin. Aku mesti menyuruh Hanzahalah untuk mengamati perhitungan tembakan mereka. Ia pun segera pergi ke pos sebelah yang araknya sekitar 10 meter dari posku. Aku mengamati dan membuka catatandan mulia menghitung tembakan. Seorang temanku bernama Abdul Khoir mencatatanya . Pass aku mendengar aku berkata dengan pelan 10 detik , 20 detik dan dengan tangkas Abdul Khoir mencatatnya.

Jelas ini bukan orang yang mempunyai tembakan yang demikian konstatn.manusia mempunyai rasa cape sedangkan mesin tidak mempunyai rasa capek. Aku laporkan hal ini pada Mulazim.

Ia melihat catatan dan membandingkan catatan-catatan dengan teman-temannya. Ada kesamaan pola yang ia kasih tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun