Setelah Essad Pasha Â
Setelah Essad Pasha mengunjungi kami dua hari yang lalu ada perubahan strategi yang harus kami terapkan. Kaki meyakini bahwa kami harus menguatkan pertahanan kami di tempat ini kurang.
Salah satu masalah adalah personil. Dengan jumlah yang sedikit ini kami hanya sanggup mengisi separuh area. Esad berjanji akan menambah pasukan kami di tempat ini. Ia langsung menuliskan surat kepada Pimpinan Angkatan Darat agar menurunkan sekitar 15 prajurit. Melihat keseriusan Esad tersebut aku yakin Mulazim Ilham akan memperoleh pasukan tersebut yang akan berjaga di sepanjang parit musuh.
Esad memuji kehebatan dari Ilham yang mampu bertahan dengan sedikit pasukan namun Ilham sendiri memanfaatkan hal ini untuk meminta penambahan pasukan sebab dalam jangka waktu yang tidak lama pasukan musuh bisa saja datang dan merebut pertahanan mereka tersebut.
Ilham memang pandai mengatur waktu dan ia mampu juga menghadapi trik musuh. Kadang ia memerintahkan penyerangan sebelum mereka menyerang terlebih dahulu. Ilham memanfaatkan elemen kejutan.
Ia baru saja keluar dari bungkernya untuk melihat situasi di depan parit. Sepertinya ia sedang ingin berbicara dengaku
"Aku harus membuat parit yang lebih kuat. Kita akan membutuhkan banyak sekali tenaga dalam hal ini. Kau mau kau menggilir"
"Aku akan laksanakan tuan. Saya akan susun jadwal terlebih dahulu. Aku kira pasukan akan bersemangat menggali daripada menunggu"
Menunggu adalah hal yang membosankan bagiku. Seperti halnya menunggu sapi yang merumput di padang luas. Kadang susah juga untuk mengisi kegiatan karena terasa beban mengawasi sapi-sapi tersebut.
"Baiklah, aku juga sudah bosan. Bahkan aku akan menggali jika pekerjaan administrasiku tidak terbengkalai. Aku akan menyuruh Khoirul untuk terus menulis apa saja yang menjadi berita dalam pertempuran di sini"
"Baiklah tuan, aku pikir nanti aku akan sesuaikan jadwal"