"Jangan gegabah, tuan. Aku yakin Mulazim Ilham berbuat yang terbiak untuk kita semua.
"Dengan membiarkan orang seperti itu kita akan membuat pasukan tambah kacau. Aku pernah memimpin satu kompi pasukan di Bulgaria. Aku pernah menembak karena ada yang menghina suatu suku sehingga timbul perkelahian massal. Aku didakwa dan dipenjarakan hingga aku tidak bisa masuk militer lagi. Aku pikir aku sudah berijtihad benar. Karena hukuman prajurit yang lari dari parang adalah mati maka yang membuat perpecahan juga setara atau bahkan lebih jahat dari prajurit yang lari”
Aku harus tahu bahwa ia adalah seorang yang harus dihormati oleh angakatan darat Utsmaniyyah tetapi pertanyaannya tadi menjadi pertimbangan bahwa ia memang bersalah.
"Tetapi Mulazim Ilham tidak salah dengan ijtihad nya ia mengusir orang Turki untuk menguatkan barisan pasukannya. "
"Ah sudahlah kau ini pro siapa sebenarnya ", ia sedikit jengkel.
"Tuan meski aku masih muda, aku tahu bahwa setiap pimpinan mempunyai keputusan yang memang kadang atau seringkali tidak disukai oleh anak buahnya sendiri tapi itu risiko pimpinan "
Aku pikir awalnya khan aku bercerita mengenai Bulgaria maka aku akan mencari cerita mengenai Bulgaria.
"Aku mengangkat barang-barang seorang…Maksudku sepasang keluarga yang sudah renta. Mereka memilih mengungsi ke Turki daripada mereka dibawah pemerintahan Ortodoks. Ia juga mempunyai kisah yang saya kira kisah tersebut sangat menarik"
Aku pikir ini bagus untuk buku harianku yang ingin menulis berbagai hal di Galipoli ini. Ini akan menjadi api semangat bagi bangsa bangsa yang beragam muslim untuk mempertahankan Utsmaniyyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H