Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] Ismail the Forgotten Arab bagian ke-duabelas

11 Juni 2017   06:46 Diperbarui: 17 Juni 2017   06:12 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa Salah Orang Arab?

Apa salahnya menjadi Arab? Kami dilahirkan dari seorang ayah Arab dan seorang ibu Arab. Sudah menjadi takdir yang tidak bisa diubah kami adalah orang Arab sedangkan takdir yang bisa diubah adalah kami menjadi Prajurit sukarelawan pasukan Turki. Kami lebih memilih membela Turki karena sebagai pengayom warga muslim bukan hanya warga Arab semata. Kami tahu bahwa sejeleknya bangsa Turki mereka masih memimpin kami dan melindungi tanah suci dari   kaum kafir.

Kalau saja ada seorang prajurit yang menghina orang Arab itu bukan representasi orang Turki. Kami mempunyai hubungan yang baik dengan orang Turki.

Pada Zaman Shalahuddin Al Ayubbi,  kami bersama mengusir pasukan Salib dari Palestina. Memang ada juga perpecahan namun tidak sampai terjadi perang. Perpecahan ini adalah bibit setan yang mengadu antara kami sesama muslim.

Memang turunnya Nabi berasal dari suku kami dan suku kami mendapatkan kelebihan dari suku bangsa lain tetapi masalah keimanan dan ketaqwaan masalah pribadi masing-masing. Ada orang Arab yang namanya diabadikan dalam sebuah surat Quraan karena telah menghalangi dawah nabi. Ia juga bertindak keji pada orang Muslim.  

Mereka orang-orang yang jahat tersebut tidak berhak menilai kami karena kami dari Arab. Kami setia pada Khalifah dan kami berjuang bersama-sama bangsa lain untuk menyebarkan ajaran Islam ke penjuru dunia.

Memang kami berasal dari kampung yang jauh dari peradaban modern namun bukan berarti kami buta dunia luar. Kami menyeberangi dunia dan ikut membantu orang Turki untuk berperang di banyak front Asia, Eropa dan  Afrika. Kami sudah menyumbangkan banyak bagi peradaban dunia ini.

Serangan Intensif

Kali ini serangan semakin intens saja. Pasukan Australia sudah semakin hebat menyerang kami. Mulazim Ilham dengan 14 prajurit tidak mau mati sia-sia. Ia tahu bahwa ia tidak akan  tidak ada yang mati sia-sia terlebih di tempat ini yang merupakan medan jihad.

Ia hanya ingin mengatur serangan sehingga akan menjadi efektif. Keputusan mundur bukan hal yang mudah karena merebut parit mereka akan lebih sulit lagi. Perlu perjuangan keras untuk sejengkal yang mereka telah rebut dari pantai kami sulit sekali mengusirnya. Mereka berlindung di balik parit.

Aku rasa serangan intens mereka harus diperhatikan karena akan membuat kita tertekan. Kita tidak hanya berlindung di balik parit tersebut tetapi kita juga memberikan perlawanan pada mereka sehingga mereka tidak akan dibilang kita lemah terhadap mereka. Penting sekali selalu berada dan harus ada yang bersedia menembak karena kalau kita diam mereka akan menyerang. pernah suatu kali officer Jerman tersebut menyuruh kami untuk berdiam diri sehingga mereka mencoba menyerang. Aku mengendus bau tembakau mereka yang tampaknya berbeda dengan rokok klobot yang dipakai oleh pecandu rokok di tempatku. Tembakau ini tampaknya lebih harum pasti mereka menggunakan tembakau yang paling bagus pikirku tetapi mereka sudah kecanduan dengan itu.

Tentu saja mereka tidak akan memeberitahu bahwa mereka sudah mendekati kami. Aku memperhatikan arah tiupan angin di bendera. Aku tidak melihat ada angin yang besar sekali berarti mereka di dekat dengan kami. Kalau soal dekat juga pasti mereka berjaga saja belum ada pergerakan. Aku membisikkan seorang teman yang dekat padaku. Hari itu gelap tapi itu temanku yang bernama Syuaib. Ia bertubuh besar sekali dan ia mempunyai penglihatan yang tajam sekali.  

Aku mengandalkan matanya sementara aku kadang suka silap untuk melihat. Aku kadang berpikir ada bayangan yang lewat dan ternyata tidak ada yang lewat. Mungkinkah keresahanku sendiri hingga aku tidak percaya dengan diriku sendiri sedangkan aku mempercayai Syuaib yang penglihatannya lebih tajam. Tadinya ia berasal dari regu lain namun kini ia bergabung menjadi regu kami dan telah berkontribusi yang banyak bagi pasuan kami.

Ada bayangan aku meningkatkan kewaspadaaan dan menahan nafas agar mencoba untuk menajamakan telingaku di antara udara yang tidak bertiup sama sekali.

Seluruh pasukan tampak tegang untuk menanti datangnya pasukan musuh. Mereka juga hening dan sebagian ada yang sedang membacakan zikir.

Parit ini memang bertambah dingin dengan menggelapnya malam dan mereka akan terlindung dari serangan musuh, Kaki kadang menjinjit untuk melihat situasi di atas parit musuh. Tidak ada yang terlihat melainkan parit yang kosong.

Officer Jerman

Hal yang paling berkesan adalah officer Jerman. Aku sulit mengartikan atawa menerjemahkan bahasa mereka. Untung saja Sersan pelatih Turki bisa mengartikannya. Ia memang seorang yang disiplin sekali dalam melatih anak buahnya. Ia sering berteriak untuk membariskan pasukannya.

Mereka memperkenalkan Mausser pada kami. Aku belum pernah mendengarnya. Aku kira senpaannya mirip dengan senapan Marsose di Kota Medan. Mausser itu ternyata mempunyai pisir besi yang ada di atas laras. Kalau kita rubah pisirnya maka akan berubah juga ketepatan. Jika kita harus menghitung karena serbuan mereka sangat mendadak.

Ia selalu meminum kopi dan duduk dengan Sersan pelatih di bangkunya sambil mengamati kami yang berada di dalam parit perlindungan .

Aku tahu parit  ini akan melindungi kaki dari tembakan. Membangun parit ini perlu waktu yang lama.

Ia segera langsung menegur jika ada yang malas-malasan dalam berlatih. Ia berteriak keras dalam bahasa Jerman. Aku tahu ia marah tetapi kami tidak mengerti apa maksudnya. Bahasa Jerman ini berbeda dengan huruf berbeda dan yang mengerti pastinya orang Jerman. Sersan pelatih yang kadang menejemahkan kemarahan si Jerman.

Kami memang orang Arab biasa untuk berperang menggunakan kuda namun kini kita harus bertempur sebagai infantri. Ini sebuah pengalaman yang baru tetapi kami pikir kami harus mencoba untuk bertarung.  Sebenarnya bukan opsi mencoba melainkan opsi keterpaksaan karena musuh akan menggempur dengan infantri. Jalan yang sulit di jalani oleh kuda dengan tanah yang berbatu serta berlubang.

Kembali opsir Jerman ia mempunyai wajah putih kemerahan dan berusia sudah menginjak 55 tahun dan aku pikir sebentar lagi ia akan pensiun. Tetapi jangan kira semangatnya loyo. Aku kadang menjadi malu karena stamina dan fisiknya lebih baik. Ia juga bisa bergulat dan ia menunjukkan  kebolehan di dalam berlatih. Entah skenario atau bukan, ia berhasil mengalahkan Sersan pelatih yang badannya besar. Ia berhasil menyatukan pasukan di arena gulat.

Aku tidak tahu apakah Officer Jerman tersebut akan masuk dalam batalion kami tetapi pleton yang mana? Aku akan berbicara dengan Jerman tersebut mau mengetahui dimana Jerman tersebut. Setahu saya Jerman jauh di Utara dan dengan kereta Trans bisa sampai ke negeri yang beribukota Berlin tersebut.

Aku mendapat info dari Sersan pelatih bahwa mereka mengeluhkan disiplin orang Arab. Katanya semestinya kami dihukum karena malas tetapi kami sebenarnya adalah orang yang rajin. Kami hanya tidak biasa berperang secara metode mereka namun secara gerilya.

Apalagi berbaris aku belum bisa dan kadang aku menendang  depan untung saja mereka sesama Arab sehingga mereka mengerti saya juga tidak bisa berbaris.

Ia pernah mencambuk saya dengan tongkat pelan tetapi saya merasa tidak sakit hati. Aku tahu bahwa aku salah dalam melangkah. Kadang hati ini melawan karena aku pikir adalah berbaris tidaklah perlu sedangkan kita mau perang. Tetapi barisan seperti orang yang sholat.

Salah satu yang membuat saya menjadi lucu adalah kumisnya yang tebal. Kalau berbicara kumisnya bergerak juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun