Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] Ismail, the Forgotten Arab Bagian ke-Sebelas

3 Juni 2017   08:07 Diperbarui: 11 Juni 2017   06:46 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari pertama Korporal

Hari ini hari pertama aku menjadi kopral beserta 14 orang anggota peleton yang masih tersisa. Mereka tetap menjaga dengan pandangan ke depan. Aku melihat wajah mereka yang tampaknya tidak terganggu oleh pangkat saya. Mungkinkah karena aku belum memperoleh pangkat Korporal atau mungkin saja mereka belum mengetahui.

Tetapi mereka tidak menunjukkan sikap resistensi pada saya. Aku menjadi lebih percaya diri dengan hal itu dan aku yakin Mulazim Ilham percaya.

Aku menggambarkan satu balok bengkok di buku harianku ini yang berarti  memulai fase awal saya sebagai seorang prajurit. Aku berharap sesuatu saat akan jadi Pasha namun tentu itu bukan  menjadi tujuan karena aku kira aku lebih baik untuk kembali ke desa untuk melanjutkan cita-cita menjadi seorang petani dan juga pedagang. Pasha mungkin hanya untuk orang Turki.

Aku bertanya dengan Mulazim Ilham apakah aku mungkin mendaptakan gelar Pasha. Sepengetahuanku tidak ada Arab yang bergelar Pasha tetapi orang asing justru mendapat Pasha Seperti Gordon Pasha dari Inggris, Sanders Pasha dari Jerman, mungkin yang lain ada juga yang mempunyai pasha-pasha lainnya yang aku tidak kenal karena aku ini orang Timur Jauh yang tidak mengenali orang tersebut. Oh, ya ada juga Sentot Ali Basha yang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro di Kerajaan Mataram. Basha itu adalah ejaan Arab untuk Pasha.  Bahasa Arab tidak mengenal Huruf P dan diganti dengan huruf B bukannya F.

Bayangkan aku menjadi pimpinan di tempat yang menurutku asing. Aku pikir semua ini tidak masuk dalam pikiran akalku.

Hari ini aku akan menyapa seluruh anak buah yang uang berjumlah 14 orang ada di pertahanan tersebut.

Aku menduga mereka akan intens menyerang kami karena pasukan kami sudah sedikit sekali namun tidak ada bukti sepertinya mereka juga kehabisan pasukan karena mereka banyak yang mati. Aku menghitung setidaknya ada 100 orang mereka yang tewas dan menggelimpang aku harap mereka tidak menyerang. Ah, mereka pasti melihat bahwa kami sedang lemah pada saat ini karena sedikit pasukan untungnya mereka tidak tahu bahwa kami sedang kekurangan orang sebab kalau mereka tahu pasti mereka akan menyerang kami langsung.

Tembakan Pertama

Tembakan yang diarahkan ke musuh adalah yang pertama. Jujur saya tidak pernah menembak dan membuatku gemetaran.  Apa yang membuatku menembak terus sepertinya teman-temanku yang ikut menembak sehingga aku juga harus menembak semuanya menyalahkan peluru. Aku ingat seorang Sersan pelatih Jerman yang menyuruh kami menembak dan suara tembakan terasa keras sekali. Tidak ada pikiran untuk menembak karena semuanya berawal dari tembakan si komandan yang menjadi aba-aba. Kami tahu persis hal itu. Tembakan pertama tidak akan ku lupa karena aku mengingat wajahnya orang yang berada di depanku. Aku tahu ia masih muda dan menduganya tidak lebih tua atau tidak lebih muda dari saya. Mungkinkah mereka juga peternak seperti saya. Mungkin mereka sedang berada di atas kuda seperti diriku di lahan yang luas sekali. Aku masih ingat sekali dengan sapi yang berwarna hitam yang kunamai Aswad. Hewan tersebut sangat penurut. Mungkin saat ini Ibrahim sedang bercengkrama dengan si Aswad. Bukannya aku menyesali ada di Turki tetapi aku memang sudah menjelaskan diri untuk tetap berjuang di sini.

Kalau membedil burung pun aku belum pernah hanya pernah ikut berburu Harimau saja.  Rupanya nyawa manusia di sini dibuat mainan oleh para pemimpin mereka. Aku tidak memaksudkan Khalifah karena mereka hanya membela diri dari invasi musuh ke negeri ini. Tetapi para pemimpin pasukan musuhyang ada di hadapanku ini.

Khalid yang jago saja menembak dan ia terus menembaki  lawan-lawan kami dengan cepat sekali dan ia sepertinya tenang. Mungkinkah ia pemburu di zamannya. Aku pernah mendengar ada yang sudah pernah menjalankan dinas kemiliteran. Yang aku tahu adalah kakek Sulayman yang pernah bekerja di Bulgaria . Ia juga terus menerus menyerang musuh dengan tepat sekali. Aku menjadi malu karena aku termasuk yang paling lambat dalam mengisi peluru kalah dengan orang yang lain tapi tembakanku tepat.

Ada perasaan takut awalnya namun keyakinan mereka yang mengamuk di depan membuat kau merasa harus membela diri. Aku akan terbunuh jika diam dan tidak menembak ini adalah pembelaan diri. Aku kira dengan menembak banyak mereka terhenti namun ternyata tidak. mereka terus menyerang kami.

Bedil Australia

Aku tahu senjata ini canggih sekali dan ini tidak seberapa daripada kepunyaan ayahku yang masih dipadatkan dengan sebuah besi yang dimasukkan ke dalam laras. Sulitnya untuk memasukkan serbuk mesiu tetapi memang Belanda sudah modern dengan senapan untuk menyerang warga Aceh namun dengan senjata yang murah warga tidak mampu menghadapi carabineri Belanda.

Tetapi aku mendengar bahwa Senjata Inggris memang canggih juga apalagi senjata Amerika Serikat. Pun tidak semua senjata Utsmaniyyah yang menggunakan Mausser malah senjata kuno Winchester yang ada di sana cowboy tetapi itu bukan berarti kami menjadi kendor dengan perang ini bahkan kaki terus menjaga tempat ini.

Taktik mereka pasti akan merangsek maju. Hanya saja kita tidak tahu kapan mereka merangsek maju karena kalau tahu kami pasti akan membantai mereka.

Sekarang Turki mempunyai senjata canggih tetapi tetap saja Australia mempunyai keunggulan dari kami semua. Mereka mempunyai peralatan yang banyak dan lebih canggih dari milik kami. Kami berhasil merampas senapan mereka beserta peluru yang banyak. Kami mengumpulkan di gudang untuk senjata cadangan kalau peluru hanya. Peluru terbatas dan rasanya jauh dari markas kami. Kalau habis aku juga harus perhitungkan peluru tersebut.

Aku menyimpannya dengan rapi dan apik peluru di dalam barak yang tersembunyi dan menjadi pusat komando pasukan kami.

Aku mencoba senapan tersebut dan membidik di depan. Senjata ini setara dengan senjata legendaris Mausser, mungkinkah ini senjata Lee Enfield? Aku telah menembakkan dan ini mempunyai kelebihan dari Mausser sekalipun. Aku akan mencoba untuk menggunakan senapan ini untuk melawan pasukan sekutu. Aku mendapatkan izin untuk menggunakan senapan ini dari Mulazim. Bunyinya jelas berbeda dari Mausser yang kukenal.

Tidak ada yang memperhatikan aku karena mereka semua sedang sibuk untuk makan. Mereka lebih suka mengobrol dan membahas mengenai perpanjangan daripada mencoba senjata.

Aku bertemu dengan Yasir yang tidak lelah membagikan makanan. Aku mendapatkan makanan terkahir karena aku menyuruh Yasir untuk membagikan makanan ke teman-teman terlebih dahulu.

Yasir tampak lelah dan ia makan denganku. Aku melahap sop kambing. Aku kira ini tidak seenak ibuku namun cukup lumayan untuk membuat perut ini terisi. Aku mencocol roti yang masih hangat ke dalan sop kambing tersebut. Hmm.  Tambah lezat

 Aku ingat seminggu yang lalu hidangan ini disajikan dan aku menjadi terburu-buru karena pasukan musuh menyerang kami mendadak . Aku kira penyakit tersebut tidak akan terulang lagi sebab aku akan tersedak jika aku harus berlari lagi.

 "Bagaimana dengan Mulazim?"

 "Mulazim sudah makan terlebih dahulu Korporal dan ia menanyakan dirimu aku jawab kau sedang menyoba senapan"

 "Ada kabar kedatangan Sersan baru?"

 "Ya, aku mendengar kedatangan  Sersan baru dan ia membawa beberapa prajurit. Aku mendengar bahwa sektor kita adalah sektor yang berbahaya "

 Aku harus faham bahwa aku mau menyiapkan banyak hal. Untung saja Sersan baru akan menggantikan dirinya sebagai wakil Mulazim. Mungkinkah Mulazim akan menggantikan komandan kompi. Aku melihat ia bisa memimpin pasukan dan mengarahkan orang-orang yang tadinya hanya gembala ternak menjadi seorang prajurit profesional dalam hitungan empat Minggu saja

   Kalau seandainya aku bisa memberikan rekomendasi maka aku akan merekomendasikan Mulazim Ilham Sukur bin Muchsin Sukur untuk menjadi kapten dan aku khawatir kalau bukan ia memimpin maka aku tidak bisa lagi mendapat yang lebih baik dari Mulazim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun