Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] Ismail The Forgotten Arab [Bagian Kesembilan]

23 Mei 2017   13:07 Diperbarui: 27 Mei 2017   14:41 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia menuangkan teh apel ke dalam gelas kami. Sebagai berjaga dan sebagian meminum teh. Aku berbicara dengan Yasir beserta teman-temanku yang bernama,

Yasir menceritakan pengalaman yang mengerikan. Bukan pengalaman ancaman dari binatang buas melainkan pasukan musuh sendiri yang maju dengan ganas. Merangsek tanpa peduli dan ada Pasukan tidak bisa menghadapi mereka dan harus mati. Kami sangat khawatir dengan hal itu. Kalau aku menemukan pasukan itu maka aku akan berusaha menghancurkan mereka. Seorang Sersan yang mendengarkan hal itu dan ia manggut-manggut mendengar hal itu

"Kita harus berhati-hati mungkin mereka adalah pasukan perintis yang ditempatkan di depan kita"

"Tetapi kalau kita mempunyai senapan mesin mungkin mereka tidak akan berani untuk menyeberang ke tempat kita", kataku

Sersan Ahmad Yildirim membenarkannya.

"Sayangnya mungkin peluru mereka habis. Kau perhatikan mereka terus jangan sampai mereka menembus pertahanan kita dan tentu saja nyawamu menjadi taruhan "

Baiklah aku kini mengenal Sersan Ahmad Yildirim dari wilayah Damaskus yang membawa 15 prajurit yang mengganti separuh dari prajurit yang telah mati.

Yasir memasukan ke wadah kami kepulan asap membumbung. Seandainya ada sepotong atau dua potong gula menambah manis.

Aku ingin tahu apa sih pekerjaan Yasir. Ia menceritakan bahwa ia seorang nelayan yang sering mencari ikan di perairan Marmara. Aku sangat menikmatinya apel tersebut meski gula belum ada dan kini giliran roti simit. Roti yang seperti angka 8 tersebut enak sekali. Aku masih tegang dengan cerita dari Yasir namun aku harus kebal. Aku tidak boleh dikalahkan oleh mereka yang hendak menyetir bangsa besar ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun