Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Ismail the Forgotten Arab Bagian ke Delapan

19 Mei 2017   13:53 Diperbarui: 23 Mei 2017   13:07 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku bodoh sekali. Bahkan aku sempat berlama-lama di tempat barak rumah sakit tersebut. Ah. Jangan suka mengatakan diriku bodoh karena semua bisa saja bodoh suatu saat.

Aku seringkali berkata andaikan tadi saya bisa bertemu dengannya mungkin urusan akan menjadi beres.

Aku ingat ketika Bibi Fathimah bertemu dengan Bibi Hindun sempat ada harapan namun karena seluruhnya tidak bisa mewakili Paman Muchtar maka mereka menunggu Paman Muchtar.

Mungkinkah Paman Hakija berbagai bahwa peperangan paling sedikit akan memakan waktu 5 tahun atau sekitar selama itu. Tentu saja peperangan akan ditentukan oleh seberapa kuat musuh dan kawan. Kalau yang satu lebih dominan maka pernah akan cepat seleai dan kemenangan pada pihak yang dominan. Paman Hakija meragukan kesiapan Jerman untuk membantu karena mereka sendiri pasukannya lebih sedikit daripada Inggris dan Perancis. Kedua negara tersebut mempunyai persediaan pasukan dari negeri jajahan mereka seperti di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Sedangkan Jerman mengharapkan hanya dari Turki yang pasukannya sedikit banyak. Ah sudahlah.

Saya tidak akan putus asa meski keadaan memang tidak menguntungkan. Bagiku perang ini harus kita menangkan dengan cara yang baik. Perang ini juga seharusnya tidak menghalangi kami menikah dan aku yakin Galipoli tidak akan lama sebab pasukan Australia sudah mulai goyah dengan kokohnya pertahanan kami.

Aku akan melamar Aisyah. InsyaAllah, karena niat sudah ditetapkan dan ternyata saya tidak bertepuk sebelah tangan karena Aisyah juga ternyata menyenangiku.

Mereka menyerang dengan gigih dan aku mendengar teriakan mereka yang membahana. Kami juga tidak mau kalah sambil menerjang mereka kami berteriak melepaskan seluruh ketakutan kami sementara untuk menghadapi serangan mereka.

Mereka tidak bisa lagi menembus kami dan kami tenang untuk sementara. Aku tidak tahu lagi namun aku harus mencarinya dari para perwira tadi atau aku akan kembali ke rumah sakit lapangan sekitar 2-3 hari lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun