Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] Ismail, The Forgotten Arab Bagian Pertama

10 April 2017   11:54 Diperbarui: 10 April 2017   19:30 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah harimau sekuat manusia? Badannya saja besar dan dua kali dari badan manusia dewasa. Sementara ternak melenguh namun tetap tenang saja seolah tidak ada yang terjadi. Nantinya mereka akan beristirahat sebentar lagi kala menjelang malam. Hewan tidak biasa untuk berjalan malam hari karena mereka juga cape dan para penjaga juga sudah cape. Tetapi sebagian akan menjaga dari harimau, perampok serta juga mahluk halus. Untuk yang terakhir ini aku tidak percaya mahluk halus karena mereka tidak akan merampok sapiku melainkan orang-orang yang sangat mau untuk menjual sapi demi gulden.

Aku lelah setelah dua hari berjalan nantinya kami akan bertemu Syeikh Ridwan yang memesan 10 sapi kami. Aku duduk saja di tempat yang gelap dan Mahmud menyalakan api dengan bantuan pamanku Abdul Rozzaq. Malam yang dingin ini sedikitnya terobati. Api yang hangat dapat mengusir si ompung yang mungkin sedang lapar.

Kami sebenarnya dilarang membawa daging namun karena ada kecelakaan kami harus memotong seekor sapi yang kakinya patah tidak mungkin meninggalkan begitu saja karena kasihan. Abdul Rozaq langsung menyembelih sapi tersebut. Kami mengambil dagingnya saja langsung membakarnya ditempat ini. Ibrahim mengizinkan dengan syarat kami harus berhati-hati untuk membakar karena mengundang orang lain atau binatang-binatang lain.

Abdul Rozaq datang dengan potongan daging yang besar. Kami langsung membagi daging tersebut pada 10 orang . Kami memakannya. Daging yang segar ini memang lezat sekali.

"Mahmud, kau harus berjaga ekstra sebab ompung mungkin akan datang."

"Tenang aja tuan aku sudah siapkan jurus untuk menghadapi si ompung", katanya sambil menyantap daging sapi setelah makan kami pun segera mengurus perbekalan dan melepaskan kekang kuda kami. Mereka pasti lelah karena perjalanan yang jauh.

Photo by Martex

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun