Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] Ismail, The Forgotten Arab Bagian Pertama

10 April 2017   11:54 Diperbarui: 10 April 2017   19:30 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Aku siap tuan”

Aku sangat percaya dengan Mahmud. Ia orang yang mempunyai keahlian bertarung dan mempunyai ilmu dalam bela diri. Ia pernah mengalahkan harimau katanya. Bertarung dengan harimau bukan sembarangan karena jika terluka ia bisa menyantap kita namun kalau ia terluka maka  ia yang kabur.

“Grrummm”, ada suara di balik sawah tersebut yang terdengar. Aku menjadi merinding. Suara si ompung menjadi pelan sekali dan aku yakin akan ada si ompung dekat.

Mahmud yang paling jago silat di antara kami segera bersiap dan langsung memegang tongkatnya. Ia memutar–mutar tongkatnya dan hendak menghantam Harimau tersebut  Namun Ibrahim tampak tenang dan ia mengambil sekerat daging yang sudah diasapi. Ia memotong bagian dalam segumpal yang besar sekali. Aku mengira ukuran dari daging tersebut lebih dari 10 kilogram.

Ibrahim segera melemparkan daging yang berat tersebut dan Ada suara yang hewan yang bergerak sambil mengerat daging tersebut kecil-kecil. Ia membawa daging tersebut tampaknya jauh dari tempat kami. Sebagian pengembala langsung tertidur.

**

Setelah kami berjalan kami langsung bertemu dengan Sutan Pinayungan, orang Mandailing. Ia adalah juragan sapi yang terkenal di tanah Mandailing. Kami mengiring sapi-sapi tersebut. Hari itu seolah lelah terbalas oleh keberhasilan kami mengantar ternak ke Sutan Pinayungan. Ia menyambut kami dengan jamuan makanan. Kami bersepuluh makan di rumah Sutan Pinayungan .

Sutan Pinayungan adalah orang yang dermawan. Sebelum kami kembali pulang ke kampung halaman beliau menjamu kami. Ia mengajak kami menginap di kediamannya sebelum melanjutkan perjalanan kembali pulang. Kebetulan juga hari sudah menjadi malam sehingga kami pikir untuk bermalam saja. Untuk apa memaksakan jalan di malam hari belum tentu aman dan banyak gangguan perampok yang sering menganggu para pedagang.

Mereka mempunyai reputasi yang buruk dan sering mengalahkan kafilah dagang meski para kafilah dagang memiliki jagoan silat. Kalau si perampok kalah mereka bisa lari namun kalau yang kalah pedagang maka harta mereka dan nyawa mereka bisa terampas.  

Galipolli Beach
Galipolli Beach
Mungkin kami lega telah membawa sapi pada empunya namun kami juga harus menjaga uang tersebut. Keuntungan sapi tersebut akan kami bagi rata dan kami mengupah delapan pekerja termasuk Mahmud yang selama beberapa hari turut dalam perjalanan kami.

Aku mengendarai kudaku ditengah malam di jalan mendekati hutan yang luas di Sibuhuan. Aku belum bertemu si raja rimba secara langsung walau aku sangat mengenal suara si ompung. Kalau ia bersuara keras maka ia ada masih jauh. Aumannya membuatku merinding. Sama seperti suara mortar pasukan Australia yang terus menerus menggempur kami dari pantai tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun