Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asadi Timur Damaskus

3 Agustus 2016   08:01 Diperbarui: 3 Agustus 2016   08:08 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku melihat seorang tua sedang mengembalakan kambingnya. Aku hendak mengusirnya dengan menembaknya namun peluru musuh sudah menjatuhkan kakek tersebut. Tembakan sniper tersebut sudah membuat para warga panic dan mereka berlarian masuk ke dalam gedung-gedung. Aku sudah mengetahui bahwa ada senapan sniper yang berada di daerah bukit. Sesuai dengan tebakanku.

Para penduduk berusaha menarik penggembala yang sudah sekarat tersebut namun mereka tidak berani untuk keluar karena mereka akan terkena peluru sniper. Penggembala tersebut mengerang kesakitan. Aku tahu si sniper tidak akan menembaknya mati hanya membuat sekarat agar orang lain terpancing untuk membantunya.

Kepala Kampung menghalangi orang yang mencoba keluar. Kepala desa melepas seutas tali ke arah pengembala tersebut dan si pengembala dengan sigap mengambilnya. Kepala kampong segera menariknya namun baru satu kali tarikan sebuah peluru memutuskan talinya.

“Hmm, dahsyat sekali orang tersebut” ,gumamku

Kepala kampong tidak putus asa ia bahkan melempar rantai  dan dengan tanggap si korban menangkapnya. Sebuah peluru kembali menghantam rantai dan rantai tersebut tidak putus. Hanya sela beberapa detik sebuah peluru menghantam telapak tangan korban dan ia menjerit sekeras-kerasnya.

“Dasar komunis biadab”. Akupun segera meninggalkan tempat tersebut dan menyeberang ke gedung yang lain. Aku pikir sniper tersebut tidak terlalu memperhatikan pergerakanku. Aku harus membunuhnya cepat sebelum ia membunuh lebih banyak lagi warga desa. Aku juga harus cepat karena korban si penggembala domba tersebut pasti menderita dengan luka yang mengangga.

Aku khawatir bahwa bukan hanya seorang sniper. Aku bertemu dengan tiga orang pejuang yang menggunakan senapan sniper juga. Mereka sedang menghadap ke arah bukit.

Mereka segera mengarahkan senapan padaku. Aku bilang bahwa aku adalah pejuang dari Lattakia. Seorang rupanya mengenaliku dan merekapun mempersilahkan aku ke pengintaian.

“Seorang sniper, ada Di sana. Ia bebas sekali untuk menembak dan senapan mereka jauh lebih baik dari kita”

“Ya, ia mengenakan senapan sniper Dragunov untuk meneror warga kota”

“Para komandan menitahkan kita untuk menjaga garis depan ini”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun