Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Shalahuddin versus Richard I

2 Juni 2016   09:58 Diperbarui: 2 Juni 2016   10:26 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku senang sekali main ke rumah kakaku. Ia baik dan pandai dan sering menggajarkanku beberapa ilmu. Ia mengajariku mengenai Ilmu sejarah yang juga saya sukai.

Kakak sepupuku memberikan sebuah buku pelajaran menegnai sejarah meski buku itu tua namun aku sangat menyukainya. Buku tersebut berisikan mengenai peljaran sjearah dunia untuk anak sekolah menengah atas.

Bagian yang paling aku sukai adalah Shalahuddin. Ia adalah panglima perang dari Kesultanan Ayubbiyah yang mampu mengusir Pasukan Salib dari tanah suci Masjidil Al Aqsho. Shalahuddin menghadapi tiga raja dari negara Eropa yakni Richard Inggris, Raja Philipe Agustus yang berasal dari Perancis, Kaisar Frederick Barbossa yag berasal dari Jerman dan puluhan negara menghadapi pasukan Ayubbiyah. Shalahuddinlah yang keluar sebagai pemenang dalam perang tersebut begitu kata bukunya.

Setelah mengkaji beberapa buku dan juga menonton film yang ada di DVD ataupun membaca literatur internet disebutkan bahwa Shalahuddin belum pernah mengalahkan Richard. Saya pikir ini adalah tulisan atau sumber info dari   Barat.  Sebagai orang muslim, kita wajib tabayyun terhadap informasi yang beredar.

Kalau menurut logikaku bagaimana Richard bisa menang padahal ia meninggalkan tanah suci. Oh, jelas saja karena saudaranya ingin merebut tahtanya makanya ia kembali. Aku mengundang seorang teman yang juga peminat sejarah. Aku menunggu di teras yang berupa bale-bale dan menyiapkan makanan kecil dalam wadah toples bening. Nantinya aku akan suguhkan kopi untuk menambah hangatnya diskusi ini.

Ia datang dengan berjalan kaki dan menggunakan topi demang yang berwarna putih dan bentuknya bundar dan membawa beberapa artikel. Ia segera menyalamiku namanya Ihsan.

Ihsan kemduian menaruh tpinya di tempat gantungan yang aku sediakan. Aku memanggil seorang pelayanku untuk menyajikan kopi luwak yang paling enak.

“Apa kabar Ihsan?”,

“Baik, Saja Conan, Bagaimana kabarmu juga?”

“Baik , juga”

“Begini , aku ini mempunyai masalah mengenai sejarah yang ada pada masa abad pertengahan. Bukankah kita penting untuk menulis sejarah dalam bentuk yang sebenarnya?”
 “Aku setuju dengan hal itu. setiap sejarah harusnya ditulis obyektif tidak memihak. Sayangnya, tidak banyak orang penulis yang menggunakan kata obyektif mereka lebih memilih untuk  memilih nafsunya sendiri. Kita mau apa kalau mereka yang sudah menulis kita tidak bisa menawarkan alternatif apa?”, katanya sambil meggulung-gulung secarik kertas

“Hanya saja,kita perlu untuk merubah sejarah. Ummat muslim tidak boleh minder dengan sejarah mereka”

“Kau tidak perlu khawatir karena muslim peranh berjaya dan mempunyai negeri-negeri yang hebat dan menunjukan perekomian dan tehnologi yang maju sekali. Kau mungkin mendengar kota-kota musim masa lalau maju dengan pesat dan mempunyai bangunan-bangunan yang megah dan kalau bisa disandingkan dengan kota-kota metropolitan zaman dahulu. Begitulah kehidupan manusia dan semuanya dipergilirkan sesuai dengan janji Allah dalam Al Qur’an”

“Ya, aku rasa perlu untuk memperbaiki sejarah tersebut”

“Aku juga sependapat denganmu”, kata Ihsan

Pelayan tersebut datang membawa baki yang tercium bau semerbak kopi luwak berwarna hitam.

“Silahkan di minum”, aku mengajak Ihsan utuk meminum

Ia meminum dan akupun meminum. Rasanya kopi luwak yang sangat mahal tidak tertandingi.

“Apakah kau percaya Shalahuddin kalah dalam perang Salaib terutama dengan Richard”

“Richard ini memang menarik bagi peminat sejarah terutama sejarah timur tengah.  Ia memang menjadi inspirasi bagi bangsa Inggris. Sebenarnya cerita-cerita tersebut mereka lakukan untuk menghibur mereka sendiri”

“Menghibur mereka sendiri?”, tanyaku dengan wajahku yang penuh dengan tanda tanya

“Yah, kau tau mereka merasa kalah karena mereka tidak mendapatkan Al Quds atau Jerusalem  karenanya mereka mengarang banyak cerita dan salah satunya adalah Arthur the round table knight. Kalau kita mencari mengenai mereka, kita tidak akan temukan di literatur melainkan itu hanya semata-mata dongeng saja”

“Tetapi kalau mengenai perang Arsuf dan Jaffa, Itu adalah konfrontasi terkhir dan aku melihat dua perang tersebut lah yang mengalahkan Shalahuddin”

“Bagiku apa pentingnya dua perang tersebut kalau kita tidak memenangkan perang keseluruhan. Apakah clash antara Shalahuddin hanya pada perang itu saja? Yah, kutipan sejarah memang ada namun mungkin saja di Jaffa dan Arsuf, Shalahuddin kalah dan ingat waktu pengepungan Akko Shalahuddin merelakan benteng mereka untuk dikalahkan namun .. at last Shalahuddin is the winner”, kata Ihsan

Ihsan kembali lagi menimun kopi yang masih hangat etsrebut

Tentu saja aku menjadi terhibur, permasalahan bukan ada   the battle tetapi the war. Kalau the battle adalah salah satu pertempuran sedangkan war adalah meliputi seluruh perang-perang antara Shalahuddin dengan Richard.

“Mungkinkah Shalahuddin sengaja terlihat kalah dengan Richard untuk memperoleh mashalat lainnya”

“Seorang panglima tidak mungkin berpikir untuk satu mashalat tertentu. Kalau menurutku menghabisi Richard adalah salah satu mashalat yang penting. Di medan perang Richard memang hebat dan keberadaanya memang lebih tenar daripada Philip Agustus dari Perancis yang juga musuhnya. Tetapi kalau membunuh Richard adalah membuat  mudharata. Pasukan Salib akan bersatu di bawah Philip Agustus yang sudah sangat besar. Ia mempunyai kekuatan di Jerussalam dan ratusan ribu tentara sudah banyak sekali di Akko”

“Jadi membunuh Richard adalah suatu mudharat?” tanyaku tambah binggung. Seingatku Richard adlaah panglim ayang langsung berperang melawan Shalahuddin. Ia terkenal pemberani karena sejak umur 16 tahun ia sudah memimpin peperangan di Perancis.

“Kalau menurutku bukan tidak mungkin”

“Ah masa, tetapi dalam perang Arsuf, Richard mengalahkan….”

Ihsan langsung memotongku.

“Aku tidak meragukan cerita wikipedia tersebut tetapi ada satu hal yang hilang dalam keterangan di sana. Shalahuddin ingin mencegah Richard untuk menguasai Beirut. Pada saat Richard meninggalkan Jaffa, Shalahuddin menyerangnya dengan kekuatan penuh dan Richard diberitahu bahwa Shalahuddin menyerang sehingga Richard mengurungkan niatnya untuk menyerang Beirut. Hal ini yang jarang diberitahu oleh sejarah”

 “Hmmm..aku jadi faham sekarang. Shalahuddin memang seorang strategi yang hebat. Itulah sebabnya ia menggunakan perpecahan di antara pasukan Salib untuk memenangkan perang ini”

Aku kembali menghirup kopi dengan penuh kepuasaan untuk sementara. Tetapi masih ada mengganjal di hatiku.

“Sungguh, Shalahuddin adalah seorang yang ulung dalam berdiplomasi . Tetapi aku meyesal mengapa ia mengobati Raja Inggris tersebut. Mengapa ia tidak membunuhnya?”

“Kalau Sholahuddin membunuh bukan pekerjaan yang sulit bagi Shalahuddin. Kau pasti sudah membaca sejarah bahwa Shalahuddin mendatangkan dokter pada raja tersebut “

Tentu saja aku mengingat hal itu. Yah, kenapa aku tidka berpikir seperti itu.

“Yah, itulah karena kemurahan hati beliau . Beliau ingin menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang toleran dan penuh dengan damai. Ia tidak ingin Richard tewas di kamar tidurnya”,kataku dengan mantap

“ha.. Itu bukan hanya itu. Shalahuddin sendiri tidak menginginkan Richard mati?”

Aku tersentak. Shalahuddin bahkan khawatir kalau Richard mati.

“Mengapa ia lakukan itu. Bukanah Shalahuddin memerintahkan pembunuhan pada Richard dan Conrad Monferrat?”


 “Nah. Itu mungkin salah satu sejarah yang harus diluruskan .Pembunuhan Conrad dibiayai oleh Richard karena persaingannya dan Saladin tidak memerintahkan Hassasin untuk membunuh Richard. Setahu saya. Atau mungkin sajaShlahuddin memerintahkan membunuh keduanya namun mengapa ia membiarkannya hidup pada saat sakit?” Itu karena ancaman Philip Agustus tidak bisa dianggap sebelah mata. Ia mempunyai pasukan yang besar juga “

Sungguh aku puas dengan pertemuan ini teman. Kau mengajarkanku bahwa bukan battle yang harus kita menangkan tetapi war yang harus kita menangkan”

“Yah dalam hidup ini kita jangan terpancing untuk melakukan sesuatu untuk jangka pendek saja atau memetingkan satu hal tetapi kita meninggalkan tujuan kita sebenarnya”, katanya berfilosfi.

Kami berdua meminum kopi lagi dan aku sangat puas dengan pertemuan itu.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun