Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sedekah Mau Kemana?

26 April 2016   09:15 Diperbarui: 26 April 2016   09:40 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabar pergi menuju rumah Nenek Amin. Rumahnya yang reyot  yang sudah tinggal bilik bambu dan pondasi berupa bambu yang sudah reyot pula.

Sabar tahu bahwa Nenek ini akan menerima sedekah yang ia berikan . Ia mendapatkannya dari proyek untuk membuat jembatan atau menggamabr jembatan yang ada di Kabupaten. Upahnya tidak banyak tetapi ini cukup baginya.Kalau ia traktir temannya memang tidak akan cukup.

Ada nenek sedang menganyam keranjang bambu. Sabarpun hatinya menjadi senang karena ia bisa memberikan sedekah pada Nenek Amin.Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, Nenek Amin tidak menerima sedekah dari Sabar.

“Nek, tolonglah terima sedikit sedekah saya. Saya ikhlas 100% dan tidak ada pamrih. Tidak ada yang melihat bahkan tidak ada yang tahu bahwa saya ke sini.”

“Bukan itu masalahnya , Nak. Kau sendiri belum cukup. Aku sudah cukup dari pekerjaan menganyam bambu ini. Aku makan cukup dan aku mempunyai rumah ini”, ia mengarahkan padangannya ke atap yang sudah reyo tersebut.

Sabar semakin menggeleng-geleng melihat pernyataan nenek tersebut. Ia memang belum cukup tapi kapan kalau tidak merasa cukup maka kita tidak akan sedekah.

“Nek, bukankah kalau kita bersedekah kita akan menjadi orang yang kaya. Saya yakin Nek. Ketika saya bersedekah maka saya akan mendapatkan limpahan rezeki yang baru”, katanya dengan yakin.

"Tapi bukankah kau bersedakah jika untuk memenuhi kebutuhan hidupmu sendiri. Kau juga harus tahu hal itu"

"Tapi nenek membutuhkannya lebih dari saya. Bukankah orang yang mengutamakan orang lain itu baik atau kalau bahanya arabnya itsar", kata Sabar tidak mau kalah berdalih.

"Yah, kalau begitu biar neneklah yang mengutamakan dirimu. Aku ini apa? aku sudah lanjut usia dan sebantar lagi akan bertemu dengan Allah. Kau masih muda,meski umur tidak ada yang tahu,  kau bisa gunakan uang tersebut untuk hal yang lain. Coba kau cari saudara kerabat atau tetangga yang dapat kau berikan "

Tentu saja Sabra tidak bisa lagi mendesak nenek yang ia bilang mempunyai jiwa yang kuat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun