Ia meninggalkan pondok dengan berjalan dan ia berhati-hati untuk melihat sekelilingnya karena ia khawatir akan ada orang yang melihatnya.
Hmmm.. siapa lagi yah yang bisa ia kasih sedekah. Semua keluarganya mampu dan memang mereka tidak membutuhkan sedekah dari dirinya. Pastinya kalau ada sedekah diantara dirinya maka dirinyalah yang paling berhak menerima sedekah karena hidupnya yang masih sendiri dan belum mempunyai pekerjaan yang tepat.
Ia juga menyesal waktu dulu uang banyak tapi ia gunakan untuk hal yang lain. Ia sangat kikir sekali kalau namanya sedekah. Ia tidak suka memberikan uangnya pada saudara. Pada masa kecilnya dulu ia tahu kerabatnyanya pada koret (pelit) pada dirinya hingga memberikan sikap yang sama pada saudaranya alias balas dendam.
Orang tuanya sudah memperingatkan bahwa balas dendam tidak baik dan tidak ada alasan kita menahan rezeki yang berasal dari Allah. Semua rezeki yang ada harus seperti air yang diberikan pada orang.
Tetapi hatinya masih sakit dengan hal itu sehingga ia menjadi pelit dan kikir. Ia membiarkan saudaranya yang meminta modal untuk bekerja sehingga ia bisa menghasilkan uang lagi namun ternyata  ia lebih suka menahan.Yah, sekarang ia kini merasakan bagaimana rasanya tidak mempunyai uang hanya sedikit saja dan ia menyia-nyiakan waktu untuk meneruskan kebencian saja.
Tetapi sisa waktu yang ia lakukan adalah menebus semua kesalahan. Kalau masih ada nafas , ia mau bekerja untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Kesalaan sepertiny mengejarnya dan ia tidak bisa bersedekah. Kalau ia menyedekahkan kepada Bang Tobing . Ah gak mungkin, ia khan seorang pemabuk masa aku sih ingin membuat ia lebh mabuk lagi.
Ia tahu bahwa Tobing selalu membeli minuman meski kantong juga cekak. Ia menyiakan orang-orang yang menjadi tanggugannnya seperti istri dan anaknya. Istri dan anaknya harus berjibaku untuk mencari uang dari menjual barang bekas dan menjual koran.
Kenapa ia tidak lewat  istrinya?? Istrinya khan selalu membutuhkan. Nah itulah istrinya tidak mau menerima karena setiap Sabar emberikan uang , ada saja yang tahu. Pernah Sabar mencoba untuk bersembunyi namun diketahui oleh Bang Tobing dan ia membeli sekerat bir. Sekerat Bir tersebut ia minum sendiri sampai membuat keonaran di kampung dan ia masuk ke dalam comberan.
Hati Sabar menjadi miris karena uang yang ia peroleh dengan sangat sulit sekali namun menguap begitu saja. Ia tahu ia harus bekerja sampai larut malam untuk mengerjakan pekerjaan tersebut hingga mendapatkan upah namun Tobing menghabiskan begitu saja.
Tentu Sabar menjadi sakit hati , ia tidak berhasil untuk bersedekah ke arah yang benar. Ternyata uangnya di gunakan untuk perbuatan yang diharamkan oleh Allah. Ia menjadi miris sebab uangnya menjadi amunisi orang untuk berbuat maksiat. Sejak saat itu ia tidak akan memberi sedekah ke pada Tobing.
Semua orang sudah ia selidiki dan ia tidak melihat ada yang bisa menerima sedekah. Semuanya sudah makmur Alhamdulillah.Tetapi ada seorang saudaranya. Ia sangat anti dengan saudaranya tersebut karena ada perselisihan yang dibawa dari orang tua mereka. Ia tahu bahwa itu akan sulit sekali memberikan sedekah pada ornag tersebut.