[caption caption="Reruntuhan Benteng Akko. sumber foto : Tim Regan Flickr "][/caption]Tentu saja Qomaruddin semakin cemas karena benteng sudah bergerak namun api tersebut belum juga menyala. Musanna cukup tenang dan ia memutar tali yang menyambung dengan keramik tersebut berputar-putar.
Qomaruddin meminta pemanah segera memanah untuk memberikan perlindungan bagi Musanna. Panah pun meluncur ke atas dan menghalangi prajurit Salib yang mencoba membidik Musnanna. Musanna melempar ke arah menara yang berjalan tersebut dan tidak menyala karena ia memang tidak menyalahkan api di tembikar tersebut.
Awalnya pasukan Salib cemas dengan alat yang baru namun setelah melihat tidak api yang muncul, mereka tertawa. Para tentara Salib tambah tertawa dan ada yang meledeki pasukan Islam yang ada di benteng. Musanna tenang saja karena ia tahu api belum ada. Bahan-bahan material tersebut menjalar di atas kulit yang sudah di tabur oleh cuka. Cairan tersebut mampu menyerap ke dalam kulit tersebut.
Kini Musanna bersiap lagi untuk melempar yang keduaa kalinya. Jarak menara berjalan tersebut semakin mendekat sekitar 50 meter dan setiap detiknya bergerak 10 cm. Qomaruddin sudah menghitung dua buah greek fire dilemparkan. Ia berfikir bahwa mungkin saja minyak yang ada dalam tembirkar tersebut menyerap terlebih dahulu untuk melawan zat anti api yang ada di dalam kulit tersebut.
“Serang dengan panah”, kata Qomaruddin
Para prajurit kembali menyerang musuhnya dengan panah yang menancap ke sebagain prajurit salib pejalan kaki. Mereka yang terkena amburk dan yang lolos tetap maju dan bersemangat. Mereka membunyikan perisai dengan mengetuk-ngetuk senjata mereka denga perisai mereka. Mereka juga mengejek-ejek pasukan Muslim yang ada di benteng.
Musanna bersiap untuklemparan yang ketiga . Ia kembali memutar-mutar tembikar tersebut dengan tali pelempar. Ia memutarnya semakin cepat dan dengan tenaga yang kuat ia melempar ke arah menara tersebut .Menara berjalan musuh pun terkena carian tersebut di tempat yang berbeda. Cairan tersebut melember ke tempat kulit tersebut . Musanna sudah siap dengan lemparan keempatnya.
Melihat tidak terjadi apa-apa pada menara mereka. Mereka menjadi tambah tertawa kembali. Pasukan mereka sudah semakin mendekat. Musanna memberikan lemparan yang ketiga dan sepertinya pasukan Salib sudah cape meledekinya dan mereka hanya terus melaju saja sambil menyerang msuh.
Dalam menara ersebut sudah ada lima ratus pasukan yang sudah bersiaga untuk melompati benteng pertahanan kaum Muslimin di Akko. Kalau mereka lewat semua dari benteng. Hampir pasti benteng tersebut akan hancur atau direbut oleh kaum Salib. Mereka yang dalam menara sudah penasaran dan mau membalas Serangan kaum muslim yang sudah mengalahkan mereka berkali-kali dalam perang Salib.
Musanna kini sudah siap pada lemparan yang ketiga. Ia tidak boleh gagal kali ini ia sudah memegang tembiakr tersebut. Ia mengucapkan do’a agar lemparannya tepat. Qomaruddin berada di dekat Musanna dan mencoba memberikan perlindungan bagi musnna dengan tetap memanahi pasukan salib yang bergerak terus dan melemparkan panah ke rah kaum muslimin.
Musanna menyalahkan sumbu di tembikar tersebut. Ia memutar-mutar kendi tembikar yang berisi materail anak pandai besi tersebut.Dengan tenana ia memutar dan kendi memutar kencang dengan api yang masih menyala. Ia tahu tidak boleh lama memutar karena apinya akan mati. Dengan menahan nafas dan mengaraan kekuata di tangan ia melemparnya dengan keras. Tembikar tersebut meluncur dari Benteng Akko menuju menara berjalan dan menghantamnya hingga kendi pecah. Materal tersebut langsung terbakar .
Meliat kejadian itu tentara Salib pun kacau balau. Hal ini tidak disia-siakan oleh Qomarudin. Ia memanahi pasukan musuh yang mencoba menghindar dari menara berjalan mereka. Sementara dengan cepatnya api menjalar di sekujur menara berjalan .
Suara jeritan teriak terdengar di dalam menara berjalan dan mereka yang di dalam berusaha keluar dari menara yang tertutup rapat tersebut. Ada seorang prajurit yang terbakar berusaha keluar dari menara berjalan dengan tetap memegang pedang dan perisainya berusaha menjauhi menara berjalan. Para pemanah Salib tidak menolongnya sebab mereka terkena hujanan panah garnisun Qamaruddin.
Para prajurit salib segera lari tunggang langgang menjauhi benteng Akko. Musanna langsung sujud Syukur di atas benteng tersebut. Qomaruddin meneriakkan takbir dan diiukti oleh prajurit prajurit lainnya.
Gelak tawa yang mengema berganti dengan jeritan yang mengerikan yang menusuk angkasa. Api terus berkobar di benteng berjalan tersebut dan tidak ada yang mencoba untuk memadamkan api tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H