Para prajurit Utsmaniyyah dan beberapa orang Aceh mengisi kembali meriam mereka. Mereka menunggu perintah Kurtoglu untuk menembak. Nakhoda sibuk mencari posisi yang tepat untuk menghancurkan Portugis tersebut namun Kapal Portugis tersebut tampak menghindar dan mereka sudah bersiap dengan meriam yang terisi.
Kurtoglu mengisyaratkan menyerang dan meriam kapalnya menyala diikuti juga dengan salakan meriam dari Portugis. Keduanya sama-sama menembak dan menimbulkan korban di masing-masing pihak. Lebih dari separuh meriam hancur karena pertarungan yang sedemikian dekat.
“Tuan lebih baik kita harus mendekat mereka. Kita tidak akan mampu jika melawan dengan sedikit meriam dan awak”
“Baiklah, lakukan hal itu”
Nakhoda Turki mengejar kapal Portugis yang juga sedang mengisi meriamnya. Mereka juga mengalami hal yang tidak jauh berbeda. Kapal mereka sebagian hancur namun mereka beruntung karena mempunyai meriam yang lebih banyak dan pasukan yang lebih banyak.
Kurtoglu juga terluka akibat serangan meriam musuh. Seorang prajurit membantunya membalut luka-lukanya. Ia harus bertempur dengan Portugis yang lebih banyak awaknya. Ia tidak ragu. Pasukannya sudah siap bertempur dan mereka barada di belakang perisai sambil bersiap untuk menembak musuh. Kapalpun menghantam Pasukan Aceh dan Turki melompat dan mereka menyerang Pasukan Portugis mereka sudah bersiap dan menembak pasukan Turki dan Aceh Pasukan Tukri kembali menembaki Pasukan Portugis.
Para perwira Turki mengayunkan scimittarnya dan menghancurkan musuh Tidak lama. Kurtgolu menyerang kapten Kapal yang bernama Pedro. Ia tidak sanggup menghadapi Kurtoglu yang sudah luka dan ia menyerah. Para prajuirt Portugis pun menyerah.
Ia melihat ada harta yang banyak sekali untuk membiayai perang Portugis di Malaka.
Photo by flickr
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H