Mohon tunggu...
Andrey Handaru Paramananda
Andrey Handaru Paramananda Mohon Tunggu... -

Aku adalah aku..\r\nKuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya. (UNESA, sastra Indonesia)\r\nAsalku dari Lamongan.\r\nMampir di FB http://www.facebook.com/andrey.handarup\r\ndan Follow twitter http://www.twitter.com/andreyhandarup\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Bahasa Indonesia Bukan Lagi Jadi Primadona

16 Juni 2013   13:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:56 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mudah sekali memahami kalimat perintah di atas. Tapi coba terka lebih dalam arti perintah tersebut. Kalimat pertama, kedua, dan ketiga mengartikan bahwa yang dimatikan, dan disiram adalah subjek, dalam artian adalah orang yang punya HP, yang kencing, dan yang punya motor, bukan HP, air kencing, ataupun mesin motor. Sepele memang namun kerancuan berbahasa ternyata lebih membudaya daripada bahasa yang baik, dan benar.

Contoh lain sering di media massa terdapat judul, terutama halaman olahraga dengan kata-kata 'mengejar ketinggalan'. Hal yang lebih parah kesalahan dalam pemberian imbuhan, bagaimana mungkin sebuah koran yang terdapat editor di dalamnya masih ada kata-kata berikut: Mensukseskan, mentaati, mengkutuk, mempesona, memperoleh, dll? Belum lagi kerancuan dalam segi sintaksis, dan juga pemaknaan.

Memang sulit menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan. Akan tetapi hal ini sepertinya tidak berusaha minimal dikurangi justru semakin memasuki zaman global semakin tertinggal bahasa bumi pertiwi ini. Masuknya budaya bahasa asing juga turut mengeliminasi bahasa Indonesia. Di dunia media, terutama media perfilman juga tidak membantu justru semakin memerparah. Kita selalu disuguhi dunia infotainment yang memuakkan. Tak jarang artis yang menjadi idola pun berlagak angkuh dengan sering meremehkan bahasa Indonesia. Lihat Cinta Laura yang ogah mengubah logat kebarat-baratannya. Tengok pula ajang yang baru selesai X Faktor, lebih sering mana lagu barat atau lagu tanah air yang disampaikan? Bukankah ajang tersebut berlabel X-Faktor Indonesia bukan X-Faktor Amerika atau Inggris.

Mengubah masyarakat dalam berbahasa memang sedikit mustahil, akan tetapi bukan tidak bisa. Pemerintah harus lebih memberi perhatian terhadap hal ini karena bahasa merupakan salah satu alat propaganda yang menyatukan bangsa ini seperti yang terkandung dalam sumpah pemuda. Saatnya Bahasa Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan kalau bisa diperkenalkan di mata dunia.

SELAMATKAN BAHASA INDONESIA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun