Tapi, kali ini.. ada pihak-pihak yang akan mengawasi, mencicipi, dan menguji. Maka, agar nasi goreng tak ngawur komposisi, koki abal-abal ini, musti mengikuti nasehat koki ahli.
:::.
Begini, nasehatnya...
Racik bawang putih, bawang merah, kemiri, terasi, cabe, garam, sesuai komposisi. Siapkan kecap, lada bubuk, dan penyedap rasa, selagi nggoreng nanti. Racikan beres, lanjut ngulek-ngunyek. Jika ulekan bahan cukup lembut, penggorengan mulai dipanasi.
Wah, untuk menyalakan api kompor gas saja, musti tahu caranya. Mana tombol pemantik apinya, putar ke mana, dan berapa cepat dan kuat, putarannya. Tidaklah rasional, memutar tombol... sampai 'pothol' (copot).
Atur, seberapa besar apinya, seberapa panas wajannya. Ukur, sedikit-banyak minyak gorengnya. Kalau tak ingin disebut bubur nasi goreng, maka jangan tuang dua liter, tapi cukup dua sendok minyaknya. Tunggu sedikit panas, lalu mulai goreng bumbunya, campur telornya, tuangkan nasinya, dan seterusnya...
Singkat cerita, adegan masak nasgor, yang awalnya akan terserah se-mau-ku sendiri, berubah dramatis, pada akhirnya. Kuikuti, nasehat koki ahli. Hingga mimpi buruk bangun tidur, membuat nasgor rasa ancur, tak pernah terjadi.
Sebaliknya, banyak nuansa cita rasa, termasuk rasa gembira bersama, enak dinikmati. Wajar, nasgor sekelas koki amatiran, ada kurang sana-sini. Bisa, dimaklumi.
:::.
Sepenggal kisah masak nasi goreng itu, bisa jadi, mirip skenario hidup "jejak diri" hari ini. Jejak, setelah membaca tulisan ini. Jejak, ingin berkehendak bebas, terserah se-mau-diri.
Namun, percayalah.., seiring hidup berkehendak bebas itu, sepanjang menempuh jalan, ada banyak petunjuk dan rambu-rambu. Ada "Penasehat"-penasehat ahli.