Awalnya, Ia sangat ta'at. Ia bergelar al-abid, ahli ibadah. Ia adalah ar-raki', ahli ruku'. Dan ia juga, as-saajid, ahli sujud. Ia, senantiasa bersikap merendahkan diri, selalu bersungguh-sungguh dalam ibadahnya, serta bertahun-tahun hidup sederhana.
Rupawan wajahnya, banyak ilmunya, dan tak main-main julukannya. Semisal sayyid al-malaikat, penghulu para malaikat, atau khazin al-jannah, bendahara surga.
Tapi, seiring waktu perjalanan akhir kisah keta'atannya, ia tergelincir oleh SATU kesalahan, yaitu ANGKUH. Keangkuhan, yang langsung ia nyatakan di hadapan Tuhannya.
Siapakah, dia ?
Dia adalah azzazil, atau al-harits, nama asli dari... iblis!
:::.
Salah satu cuplikan percakapan antara Allah dengan iblis, yang 'menunjukkan' keangkuhan iblis (sebagai pelajaran bagi manusia), dapat ditemukan dalam Kitabullah:
"(Allah) berfirman, Apa yang menghalangimu, (sehingga) kamu tidak bersujud, ketika AKU memerintahkanmu?
(Iblis) menjawab, Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia (Adam), Engkau ciptakan dari tanah."
(QS. Al-A'raf 007:012)
:::.
Sangat menarik untuk dicermati, kalimat "Ana.. khairum minhu", aku.. lebih baik daripada dia.
Kata kunci "lebih" dalam kalimat itu, dapat mengajarkan kepada manusia agar tidak tergiring dan terjebak oleh pemikiran yang mengangkat tinggi-tinggi kelebihan diri, meninggikan hatinya, sekaligus melupakan kedudukan manusia di hadapan Allah dan makhluk lainnya. Sombong.
Kata kunci "baik", dapat merepresentasikan suatu variabel kata, yang akan mengurai diri dan bermetamorfosis menjadi kata lainnya, seperti "alim" yang berarti lebih alim, "ta'at", "kaya", "tinggi",,, dan banyak lagi..
M-E-R-A-S-A diri lebih alim pengetahuannya? Merasa diri lebih ta'at ibadahnya? Diri lebih kaya hartanya? Diri yang lebih tinggi pangkat kedudukannya? atau, merasa diri lebih-dan-lebih dari semuanya, dengan merendahkan lainnya?
:::.
Sebuah kalimat pembelajaran yang luar biasa berharga, -setidaknya bagi diri saya-, untuk selalu berhati-hati, ketika selintas ada bisikan yang membujuk, untuk "merasa diri, lebih..." daripada yang lainnya.
Maka, mari berusaha diri, menjadi manusia Indonesia yang sebaik-baiknya. Namun, yang sudah sebaik-baiknya itu, tidak lantas otomatis "merasa" menjadi diri yang terbaik, dan terjerumus dalam kalimat "Ana.. khairum minhu", seperti kata-kata iblis!
@kur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H