Mohon tunggu...
Andrew Ramadhan
Andrew Ramadhan Mohon Tunggu... Lainnya - Keterangan

Mahasiswa linguistik yang tertarik dengan berita internasional dan dunia jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Tensi Panas Prancis dan Komunitas Muslim Dunia

30 Oktober 2020   11:23 Diperbarui: 30 Oktober 2020   12:13 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reccep Tayyip Erdogan (Kiri) dan Emmanuel Macron (Kanan). AFP/LUDOVIC MARIN 

Dclaration aprs l'attaque terroriste de Nice. https://t.co/9UmVPYLDf7--- Emmanuel Macron (@EmmanuelMacron) October 29, 2020

Baru-baru ini, pada 29 Oktober 2020, terjadi penyerangan di depan basilik Notre Dame de Nice. Emmanuel Macron mengidentifikasi bahwa kejadian penyerangan tersebut identik dengan penyerangan yang terjadi kepada Samuel Patty lalu dengan 3 orang sebagai korban. Emmanuel Macron mengatakan kelompok tersebut berasal dari radikalis Islam. Emmanuel Macron merespon akan menurunkan personil sentinel 3.000 sampai 7.000 militer untuk berjaga.

Presiden Komisi Uni Eropa, von der Leyen dalam pembukaan konferensi persnya menyatakan bahwa mengecam serangan brutal oleh kelompok yang dinyatakan olehnya sebagai kelompok fanatis dan barbaris. 

Begitu juga dengan solidaritas negara Eropa lainnya yang diucapkan oleh PM Angela Merkel (Jerman), PM Boris Johnson (Britania Raya), PM Pedro Sanchez (Spanyol), PM Giuseppe Conte (Italia), PM Sebastian Kurz (Austria), serta Presiden Donald Trump (US). Penyerangan di Nice memperpanjang catatan buruk kota Nice yang seringkali mengalami penyerangan.

Respon PBB

Dalam menyikapi kejadian penyerangan di Nice, PBB mengutuk aksi penyerangan yang terjadi di kota Nice serta di konsulat Prancis untuk Jeddah, Saudi Arabia karena tensi tinggi kritik yang dituju kepada Emmanuel Macron yang dianggap sebagai agenda anti-muslim. Namun PBB menekankan untuk mengedepankan prinsip saling menghormati dan menjaga keamanan global. 

Dewan Perwakilan Tinggi UN Alliance of Civilizations(UNAOC) mengatakan menghina agama dan kepercayaan simbol agama menyebabkan kebencian dan melahirkan ekstrimisme yang berujung kepada polarisasi masyarakat.

Hal ini mengacu pada dasar Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pada ayat 18 bahwa setiap orang berhak untuk memiliki kebebasan berpikir, bernurani, dan beragama yang perlu dihargai dan dijaga oleh anggota negara PBB. PBB juga menyatakan bahwa kebebasan berpendapat harus disertai dengan menghargai secara penuh kepercayaan dalam beragama dari kepercayaan agama apapun.

Upaya Mempertahankan Status-Quo Macron pada Pemilu 2022?

Tahun 2022, Prancis akan melaksanakan kembali Pemilihan Presiden Prancis dimana nama Emmanuel Macron masih jadi nama favorit sebagai kandidat Presiden Prancis untuk melanjutkan periode keduanya, meskipun dihujani demonstrasi besar di Prancis hampir setiap tahunnya ketika ia mulai satu tahun menjabat.

Perdebatan mengenai isu imigran yang gagal mengintegrasikan dirinya kepada nilai Republik Prancis masih akan terus menjadi topik perdebatan. Emmanuel Macron diprediksi harus sekali lagi menghadapi rival kuatnya dari partai ekstrim sayap kanan Prancis, Marine Le Pen dari partai Rassemblement National (RN) yang merupakan branding baru dari nama partai sebelumnya, Front National (FN) yang identik dengan isu rasisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun