Manchester United berhasil menuai hasil positif dan menjuarai FA Cup usai menundukan Crystal Palace dengan 10 pemain di Wembley Stadium
Sabtu, 21 Juni 2016 - Manchester United berhasil menjuarai kejuaraan FA Cup dengan skor 2-1 berkat gol Juan Mata dan pemain pengganti Jesse Lingard. Jalannya pertandingan babak pertama berlangsung seru dimana kedua tim saling jual beli serangan bergantian membombardir lini pertahanan lawan. De Gea dan Hennessey bergantian berjibaku dibawah mistar gawang untuk menyelamatkan timnya dari kebobolan oleh penyerang lawan masing-masing. Manchester United yang dimotori oleh Wayne Rooney sebagai pemain tengah bersama rekan-rekannya berdeterminasi untuk memenangkan pertandingan, sementara di kubu Crystal Palace, Bolasie dan Zaha bergantian untuk menebar ancaman kepada lini pertahanan Manchester United pada babak pertama. Kesigapan keduabelah kiper masing-masing menghasilkan hasil imbang 0-0 pada paruh babak pertama.
United steal the show
Peluit tanda babak kedua dimulai, kedua tim menjaga tempo permainan demi mencari peluang untuk membobol gawang lawan masing-masing. Kesempatan emas United hadir dari sepakan pemain depan Setan Merah, Marouane Fellaini yang membentur mistar gawang dari The Eagles, sementara tidak lama kemudian giliran Anthony Martial yang memberi ancaman ke gawang Wayne Hennessey, namun sayangnya sundulannya masih menemui tiang gawang. Skor masih bertahan 0-0 sampai pemain pengganti, Jason Puncheon yang menggantikan pemain tengah Yohan Cabaye, akhirnya membuka keunggulan Crystal Palace di menit ke-77 berawal dari umpan Joel Ward dari tengah lapangan ke sisi kanan pertahanan United dimana Jason Puncheon berdiri tanpa kawalan dan melesatkan tendangan keras yang tak dapat dibendung oleh kiper Manchester United, David De Gea. Skor 1-0 untuk keunggulan Crystal Palace, penonton semakin riuh, Alan Pardew yang merupakan pelatih The Eagles merayakan gol anak asuhnya dengan menari salsa didepan kamera dipinggir lapangan.
Namun naas, keunggulan Crystal Palace hanya bertahan selama 3 menit. Aksi individu dari Wayne Rooney yang kemudian mengumpan ke Marouane Fellaini dapat dikontrol dengan baik, sampai pada akhirnya Marouane Fellaini lebih memilih Juan Mata yang berada didekatnya untuk melakukan finishing ke gawang Wayne Hennessey. Skor 1-1 bertahan hingga peluit tanda 90 menit berakhir dimana Manchester United berhasil mencuri angka demi menjaga asa dalam pertandingan memperebutkan piala FA tersebut.
More Drama, and Magic Happens
Babak tambahan waktu selama 2x15 menit pun berlangsung, tidak hanya adu taktik untuk dapat memenangkan pertandingan di babak tambahan waktu, namun juga adu stamina dan juga mental dipertaruhkan dalam babak perpanjangan tersebut. Pada babak tambahan waktu, Crystal Palace lebih tampil dominan dibanding United, melalui pemain-pemain kuncinya, The Eagles menciptakan banyak peluang berbahaya melalui kreatifitas dan kecepatan dari Bolasie, Puncheon dan Zaha.
Ketiga pemain tersebut bergantian menebar ancaman dengan kecepatan mereka untuk dapat melewati para pemain bertahan Manchester United, namun De Gea tampil sangat brilian sehingga peluang yang tercipta dapat diselamatkan secara khas dengan kaki De Gea. Tidak lama berselang ketika United sedang melakukan penyerangan, lagi-lagi Bolasie yang berdiri bebas berlari ke daerah United yang tidak terkawal, namun usaha yang tidak fair dari Chris Smalling yang menangkap kaki Bolasie membuat pemain bertahan United tersebut mendapatkan kartu kuning kedua dan kemudian diusir dari lapangan. United harus bermain dengan 10 orang pemain.
Bermain dengan 10 orang pemain membuat Van Gaal harus memutar otak, kemudian dengan keluarnya Smalling membuat Ashley Young harus mengisi kekosongan dengan menjadi bek di sayap kiri. United terus bertahan dari gempuran para pemain The Eagles dan melakukan serangan balik sampai akhirnya ketika babak kedua tambahan waktu berjalan,Magic Happens. Bola liar yang tak mampu diselesaikan oleh Martial dihantam dengan keras oleh pemain pengganti Manchester United, Jesse Lingard ke sudut kanan gawang dari Wayne Hennessey tak terbendung. Manchester United unggul 1-2 dengan 10 menit tersisa.
Pendukung Manchester United riuh memecahkan stadion Wembley dan pendukung The Eagles hampir tak percaya tim mereka dibalikan keadaan. Tidak sampai situ, sisa pertandingan berjalan intens dimana The Eagles menggempur terus menerus mencari peluang membobol gawang United, kedua fans dari tim tersebut dibuat harap-harap cemas menunggu hasil peluit akhir berbunyi. Namun, bek United dan kiper Manchester United David De Gea kompak untuk menjaga gawang mereka tidak kebobolan untuk kedua kalinya. Peluit berbunyi, drama FA Cup 2016 di Wembley Stadium usai dengan kemenangan dramatis Manchester United.
A Long Wait Finally Ends
Sebuah penantian panjang selama 12 tahun akhirnya usai. Trofi FA Cup sudah 12 tahun tidak pernah diraih kembali oleh United. Pada final terakhir FA Cup yang dijalani Man.United, Setan Merah harus puas dengan torehan runner up pada tahun 2007 dimana skuat besutan Jose Mourinho kala itu, Chelsea keluar sebagai juara dimana Didier Drogba merupakan aktor kunci kemenangan Chelsea membobol gawang United yang kala itu dikawal oleh Van Der Saar. Van Gaal pun cukup kaget mengetahui bahwa pemain senior Setan Merah seperti Rooney dan Carrick yang telah membela United selama 1 dekade belum pernah mencicipi gelar FA Cup sama sekali. Namun pada akhirnya, Sabtu 21 Mei 2016 menjadi hari yang bersejarah untuk Rooney, Carrick, dan seluruh skuat baik pemain senior maupun pemain junior. Pasalnya, menjuarai FA Cup merupakan sebuah hadiah manis untuk tim dan fans karena mereka telah melewati roller coaster season akibat inkonsistensi Manchester United musim ini. Juara FA Cup juga menjadikan suntikan semangat bagi para youngsterMan.United untuk mendapatkan torehan positif pada musim depan.
Van Gaal stay or Van Gaal out ?
Musim ini merupakan musim yang kurang produktif bagi United di EPL, pasalnya United sangat kesulitan dalam meraih poin penuh baik di kandang sendiri, maupun bertandang. Dengan torehan 66 poin dan perbedaan gol memasukan dan kemasukan hanya berjumlah 14 gol dari jumlah 38 pertandingan membuktikan sangat minimnya kreatifitas dan juga gol yang dihasilkan oleh tim sekelas Manchester United yang ditukangi oleh Louis Van Gaal.
Beruntung, muka Louis Van Gaal dapat diselamatkan oleh sejumlah penyelamatan gemilang David De Gea dibawah mistar Manchester United dimana De Gea merupakan pemain terbaik pada posisi penjaga gawang dalam EPL’s Players of The Year. De Gea juga mengemas 15 kali Cleansheet dimana torehan tersebut hanya berbeda 1 kali dengan pemilik Golden Gloves, Petr Cech yang membela Arsenal. Untuk tim sekelas Manchester United, hasil tersebut bukanlah standar pasukan Setan Merah. Manchester United pun harus rela tidak bermain di Liga Champions akibat finish diperingkat ke-5 dimana poin tersebut merupakan hasil torehan yang sama oleh “tetangga berisik”nya, Manchester City dimana The Citizen unggul dari Manchester United melalui perolehan gol.
Namun, dengan banyaknya pemain yang silih berganti mengalami cedera, kita tidak dapat menghakimi Van Gaal atas torehan negatifnya. Bugar tidaknya para pemain juga berpengaruh pada hasil akhir yang didapat oleh Manchester United. Musim ini, setidaknya nama-nama seperti Phil Jones, Matteo Darmian, Marcos Rojo, Michael Carrick, Luke Shaw, Anthony Martial, bahkan kapten Manchester United, Wayne Rooney keluar masuk menghiasi ruang bedah dimana hal tersebut sangat menyulitkan Van Gaal dalam menentukan line-up. Inkonsistensi Memphis Depay pun menghiasi kesulitan Setan Merah sehingga Depay jarang sekali diturunkan oleh Louis Van Gaal. Padahal,
Memphis Depay merupakan peraih top skor di Eredivisie pada musim sebelumnya bersama PSV. Untungnya, hal tersebut dapat ditutupi oleh penampilan gemilang pemain berusia 18 tahun dari akademi Manchester United, Marcus Rashford yang kerap membuat gol krusial di pertandingan yang juga tidak kalah krusial seperti melawan Arsenal, dan Manchester City. Begitu juga dengan Anthony Martial yang langsung dijadikan tulang punggung dari lini serang Manchester United yang kerap kali menusuk jantung pertahanan musuh.
Van Gaal stay or Van Gaal out, pendukung Manchester United terpecah menjadi dua. Inkonsistensi penampilan Setan Merah merupakan tanggung jawab dari Van Gaal sebagai seorang manajer, berbagai komentar para fans agar Van Gaal keluar dari Manchester United kerap kali menghiasi instagram maupun twitter dengan tagar #VanGaalOut. Namun disisi lain, chants Van Gaal Red Army masih menggema di Wembley Stadium kemarin sebagai dukungan agar Van Gaal diberi kesempatan setahun lagi untuk memperbaiki situasi Manchester United. Isu pengangkatan mantan pelatih Chelsea dan Real Madrid, Jose Mourinho pun telah beredar dari awal paruh musim ini pada bulan Januari 2016.
Dengan siapapun pada akhirnya Manchester United ditangani pada musim depan, sebagai klub sepakbola dengan penuh sejarah dan tradisi besar, para pemain dan fans harus menghargai pelatihnya. Selanjutnya, kita tidak dapat mendiskreditkan Louis Van Gaal atas pencapaiannya menjuarai FA Cup. Keputusannya dalam menambah daya serang Manchester United saat melawan Crystal Palace di final FA Cup dengan memasukan Jesse Lingard dan menarik Juan Mata merupakan keputusan yang tepat. Sama seperti keputusan Van Gaal ketika menangani tim nasional Belanda yang berkiprah di Piala Dunia 2014 yang lalu di Brazil dengan menarik kiper utama Jasper Cilessen dengan Tim Krul pada ajang adu pinalti sehingga Belanda dapat melaju ke semi-final.
dok: www.manutd.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H