Sebuah penantian panjang selama 12 tahun akhirnya usai. Trofi FA Cup sudah 12 tahun tidak pernah diraih kembali oleh United. Pada final terakhir FA Cup yang dijalani Man.United, Setan Merah harus puas dengan torehan runner up pada tahun 2007 dimana skuat besutan Jose Mourinho kala itu, Chelsea keluar sebagai juara dimana Didier Drogba merupakan aktor kunci kemenangan Chelsea membobol gawang United yang kala itu dikawal oleh Van Der Saar. Van Gaal pun cukup kaget mengetahui bahwa pemain senior Setan Merah seperti Rooney dan Carrick yang telah membela United selama 1 dekade belum pernah mencicipi gelar FA Cup sama sekali. Namun pada akhirnya, Sabtu 21 Mei 2016 menjadi hari yang bersejarah untuk Rooney, Carrick, dan seluruh skuat baik pemain senior maupun pemain junior. Pasalnya, menjuarai FA Cup merupakan sebuah hadiah manis untuk tim dan fans karena mereka telah melewati roller coaster season akibat inkonsistensi Manchester United musim ini. Juara FA Cup juga menjadikan suntikan semangat bagi para youngsterMan.United untuk mendapatkan torehan positif pada musim depan.
Van Gaal stay or Van Gaal out ?
Musim ini merupakan musim yang kurang produktif bagi United di EPL, pasalnya United sangat kesulitan dalam meraih poin penuh baik di kandang sendiri, maupun bertandang. Dengan torehan 66 poin dan perbedaan gol memasukan dan kemasukan hanya berjumlah 14 gol dari jumlah 38 pertandingan membuktikan sangat minimnya kreatifitas dan juga gol yang dihasilkan oleh tim sekelas Manchester United yang ditukangi oleh Louis Van Gaal.
Beruntung, muka Louis Van Gaal dapat diselamatkan oleh sejumlah penyelamatan gemilang David De Gea dibawah mistar Manchester United dimana De Gea merupakan pemain terbaik pada posisi penjaga gawang dalam EPL’s Players of The Year. De Gea juga mengemas 15 kali Cleansheet dimana torehan tersebut hanya berbeda 1 kali dengan pemilik Golden Gloves, Petr Cech yang membela Arsenal. Untuk tim sekelas Manchester United, hasil tersebut bukanlah standar pasukan Setan Merah. Manchester United pun harus rela tidak bermain di Liga Champions akibat finish diperingkat ke-5 dimana poin tersebut merupakan hasil torehan yang sama oleh “tetangga berisik”nya, Manchester City dimana The Citizen unggul dari Manchester United melalui perolehan gol.
Namun, dengan banyaknya pemain yang silih berganti mengalami cedera, kita tidak dapat menghakimi Van Gaal atas torehan negatifnya. Bugar tidaknya para pemain juga berpengaruh pada hasil akhir yang didapat oleh Manchester United. Musim ini, setidaknya nama-nama seperti Phil Jones, Matteo Darmian, Marcos Rojo, Michael Carrick, Luke Shaw, Anthony Martial, bahkan kapten Manchester United, Wayne Rooney keluar masuk menghiasi ruang bedah dimana hal tersebut sangat menyulitkan Van Gaal dalam menentukan line-up. Inkonsistensi Memphis Depay pun menghiasi kesulitan Setan Merah sehingga Depay jarang sekali diturunkan oleh Louis Van Gaal. Padahal,
Memphis Depay merupakan peraih top skor di Eredivisie pada musim sebelumnya bersama PSV. Untungnya, hal tersebut dapat ditutupi oleh penampilan gemilang pemain berusia 18 tahun dari akademi Manchester United, Marcus Rashford yang kerap membuat gol krusial di pertandingan yang juga tidak kalah krusial seperti melawan Arsenal, dan Manchester City. Begitu juga dengan Anthony Martial yang langsung dijadikan tulang punggung dari lini serang Manchester United yang kerap kali menusuk jantung pertahanan musuh.
Van Gaal stay or Van Gaal out, pendukung Manchester United terpecah menjadi dua. Inkonsistensi penampilan Setan Merah merupakan tanggung jawab dari Van Gaal sebagai seorang manajer, berbagai komentar para fans agar Van Gaal keluar dari Manchester United kerap kali menghiasi instagram maupun twitter dengan tagar #VanGaalOut. Namun disisi lain, chants Van Gaal Red Army masih menggema di Wembley Stadium kemarin sebagai dukungan agar Van Gaal diberi kesempatan setahun lagi untuk memperbaiki situasi Manchester United. Isu pengangkatan mantan pelatih Chelsea dan Real Madrid, Jose Mourinho pun telah beredar dari awal paruh musim ini pada bulan Januari 2016.
Dengan siapapun pada akhirnya Manchester United ditangani pada musim depan, sebagai klub sepakbola dengan penuh sejarah dan tradisi besar, para pemain dan fans harus menghargai pelatihnya. Selanjutnya, kita tidak dapat mendiskreditkan Louis Van Gaal atas pencapaiannya menjuarai FA Cup. Keputusannya dalam menambah daya serang Manchester United saat melawan Crystal Palace di final FA Cup dengan memasukan Jesse Lingard dan menarik Juan Mata merupakan keputusan yang tepat. Sama seperti keputusan Van Gaal ketika menangani tim nasional Belanda yang berkiprah di Piala Dunia 2014 yang lalu di Brazil dengan menarik kiper utama Jasper Cilessen dengan Tim Krul pada ajang adu pinalti sehingga Belanda dapat melaju ke semi-final.
dok: www.manutd.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H