Mohon tunggu...
Yohanna Erikanella Ginting
Yohanna Erikanella Ginting Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Financial

Pengurangan Risiko Valuta Asing Melalui Local Currency Settlement

10 November 2023   16:15 Diperbarui: 10 November 2023   16:24 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Local Currency Settlement (LCS) merupakan penyelesaian transaksi bilateral antara dua negara yang dilakukan dalam mata uang masing-masing negara, di mana setelmen transaksinya dilakukan di dalam yurisdiksi wilayah negara masing-masing. LCS memiliki potensi besar untuk mengurangi risiko valuta asing, menekan biaya transaksi, dan mendorong kemandirian ekonomi.

Dalam LCS, perusahaan dapat melakukan transaksi perdagangan internasional tanpa harus menggunakan dolar AS sebagai mata uang perantara. Dengan menggunakan mata uang lokal, perusahaan dapat melindungi diri dari fluktuasi nilai tukar dan potensial menghindari kerugian yang terkait dengan risiko valuta asing. LCS tidak hanya memberikan keuntungan finansial, tetapi juga memiliki dampak strategis dalam memperkuat kedaulatan ekonomi suatu negara.

Di Indonesia, kebijakan LCS diterapkan sejak tahun 2018 dengan tujuan meningkatkan efisiensi transaksi, memajukan pasar uang lokal, dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Dengan mengadopsi LCS, negara dapat mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan global yang didominasi oleh dolar AS. Hal ini memberikan fleksibilitas lebih besar dalam mengelola kebijakan ekonomi dan keuangan tanpa harus terpaku pada fluktuasi nilai tukar dolar. Dengan demikian, implementasi LCS tidak hanya membutuhkan infrastruktur keuangan yang kokoh dan pasar modal yang berfungsi baik, tetapi juga perlu dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitasnya dan untuk memperbaiki kendala yang mungkin muncul selama proses implementasi.

Bank Indonesia telah menegaskan komitmennya terhadap penerapan LCS di kawasan ASEAN sejak 2018. Langkah ini penting dalam mendukung efisiensi transaksi serta pengembangan pasar mata uang lokal, yang pada akhirnya dapat memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah. Bank Indonesia secara aktif melakukan sosialisasi LCS untuk mendorong partisipasi bank-bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD) dan pelaku bisnis yang bertransaksi dengan Malaysia dan Thailand sebagai potensial nasabah ACCD.

Pencapaian positif dari implementasi LCS terlihat pada kuartal pertama 2019, dengan total transaksi perdagangan melalui LCS menggunakan baht (THB) mencapai USD13 juta (setara dengan Rp185 miliar). Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama di tahun 2018 yang hanya mencapai USD7 juta (Rp96 miliar). Selain efek positif terhadap volume transaksi, penerapan LCS juga berpotensi mengurangi risiko valuta asing bagi pelaku bisnis.

Penggunaan Local Currency Settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan internasional, meskipun memberikan sejumlah keuntungan, juga membawa risiko yang perlu dipertimbangkan secara cermat. Salah satu risiko utama yang dapat muncul adalah risiko likuiditas. LCS dapat meningkatkan risiko likuiditas karena mata uang lokal yang digunakan mungkin tidak se likuid dengan mata uang asing. Likuiditas yang rendah dapat menyulitkan perusahaan dalam menemukan pembeli atau penjual yang sesuai untuk transaksi, terutama ketika terdapat fluktuasi nilai tukar yang signifikan.

Dampak langsung dari risiko likuiditas adalah potensi terjadinya penundaan atau bahkan kegagalan dalam penyelesaian transaksi. Perusahaan dapat mengalami kesulitan mencocokkan kebutuhan likuiditasnya, yang dapat menghambat kelancaran proses perdagangan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengelola dengan bijak cadangan mata uang asing untuk mengatasi potensi ketidaklikuidan mata uang lokal.

Selain risiko likuiditas, LCS juga membawa risiko operasional. Perusahaan harus memastikan bahwa bank yang melakukan transaksi LCS memiliki sistem yang aman dan dapat diandalkan. Risiko operasional mencakup potensi kegagalan sistem atau kesalahan manusia dalam pelaksanaan transaksi. Kegagalan ini dapat menyebabkan ketidakpastian dalam proses perdagangan, dan dalam beberapa kasus, dapat merugikan reputasi perusahaan.

Untuk mengatasi risiko ini, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah mitigasi yang efektif. Pertama, perusahaan perlu mempertimbangkan diversifikasi portofolio mata uangnya, sehingga tidak terlalu bergantung pada satu mata uang tertentu yang mungkin mengalami ketidakstabilan likuiditas. Kedua, pemilihan bank mitra yang memiliki reputasi baik, sistem yang aman, dan kinerja operasional yang handal menjadi krusial.

Dengan mempertimbangkan secara cermat risiko likuiditas dan operasional yang terkait dengan penggunaan LCS, perusahaan dapat merancang strategi yang tepat untuk mengelola risiko tersebut. Pendekatan ini akan memungkinkan perusahaan untuk tetap memanfaatkan keuntungan LCS, sambil mengurangi potensi dampak negatif dari risiko yang mungkin muncul.

Untuk memperoleh manfaat maksimal dari penerapan Local Currency Settlement (LCS), Indonesia perlu mengambil langkah berhati-hati dalam mengelola dan mitigasi risiko-risiko yang mungkin timbul seiring dengan implementasi LCS. Pemantauan dan penyesuaian terus-menerus terhadap peraturan dan regulasi menjadi langkah krusial dalam menjaga keberlanjutan dan keefektifan LCS di lingkungan bisnis yang terus berubah.

Manajemen risiko yang cermat mencakup evaluasi berkala terhadap risiko likuiditas, kredit, operasional, dan kepatuhan. Dengan memahami dengan baik potensi risiko ini, pemerintah dan pelaku bisnis dapat mengambil tindakan preventif dan korektif yang tepat. Hal ini melibatkan pemilihan mitra bisnis yang handal, implementasi teknologi dan sistem informasi yang aman, serta pelatihan dan pengembangan SDM untuk mengurangi risiko operasional.

Pemantauan peraturan dan regulasi merupakan aspek krusial untuk memastikan bahwa LCS tetap sejalan dengan kerangka hukum yang berlaku. Perubahan atau penambahan regulasi dapat memengaruhi cara LCS dioperasikan, sehingga kesiapan untuk beradaptasi perlu menjadi prioritas. Keterlibatan aktif dengan regulator dan badan pengawas menjadi penting untuk memastikan bahwa LCS tetap beroperasi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

Dengan langkah-langkah ini, LCS dapat menjadi instrumen yang efektif untuk meningkatkan efisiensi perdagangan internasional Indonesia. Pengurangan risiko valuta asing, penekanan biaya transaksi, dan peningkatan kemandirian ekonomi dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan. Keselarasan antara kebijakan pemerintah, regulasi, dan tindakan pelaku bisnis menjadi kunci keberhasilan dalam mengimplementasikan dan memaksimalkan manfaat LCS bagi Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun