Nah, sekarang sudah ada televisi, laptop, bahkan ponsel pintar yang bisa masuk di kantong. Alasan sibuk seharusnya sudah tidak berlaku lagi. Berita itu sudah dapat diakses di mana saja dan kapan saja. Daripada sibuk mencari alasan dan pembelaan untuk melawan pihak oposisi, lebih baik menyaksikan perjuangan saudara kita di medan kompetisi. Semangat itu seharusnya sudah menyala bersama dengan obor yang telah menyala di berbagai daerah.
Kalau masih berpikir panitia belum melakukan apa-apa, coba cari informasinya dulu. Bagaimana awalnya Rita Subowo yang harus meneteskan air mata setelah Indonesia sebelumnya kalah suara dengan Hanoi, ketua INASGOC yang harus mundur dari jabatannya, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang ke London untuk belajar dari Olimpiade London, hingga seluruh persiapan dan dana yang dikeluarkan, boleh saja membuat siapa pun terkesima. Semuanya dilakukan agar Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara tidak malu-maluin. Kalau panitia saja rela mengorbankan sedemikian banyaknya, masa kita yang hanya bertugas untuk mendukung dan menyebarkan semangat ini harus bungkam?