PSI adalah partai bocil yang berisi anak ingusan, iya memang begitu seperti sindiran partai besar pemenang pemilu (yang lalu).Â
Hal itu pun tidak ditampik oleh Grace Natalie. Nggak apa-apa, santai saja. Tapi partai ini malah disowani oleh Sang "Front-Runner".Â
Tidak ada pembicaraan yang serius sih, hanya ketawa-ketiwi. Tapi dalam politik memang bukan cuma perkataan yang penting, tapi peristiwa dan gestur itu katanya mampu memberi seribu makna.Â
Hadir dalam silaturahmi itu Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, tokoh muda Gerindra yang pernah didukung PSI saat kontestasi pilkada Tangerang tahun 2020 lalu.Â
Padahal dalam pilpres setahun sebelumnya (tahun 2019) PSI berada dalam kubu Joko Widodo yang berhadapan frontal dengan kubunya Rahayu Saraswati. Begitulah politik, cair dan dinamis.Â
Oponen atau proponen tergantung kepentingannya, yang penting bangsa jangan sampai tercabik-cabik. Jadi, bermainlah tapi jangan mempermainkan permainan, teringat kata bijak dari begawan Driyarkara.
Makanya tak perlu disikapi dengan rasa kebencian dan permusuhan yang abadi. Tak perlu habiskan energi dengan menjadi "sejarawan-dadakan" yang sibuk mengumpulkan kliping-digital demi memuaskan ego pribadi.Â
Sementara tokoh-tokoh di atasnya sudah bermesraan, bahkan oleh Jokowi sudah dijadikan satu koalisi dalam pemerintahannya.Â
Semuanya adalah sama-sama anak bangsa. Mari bergembiralah dalam suatu "pesta demokrasi", yang mesti kita benci justru praktek korupsi BTS yang kolosal itu.Â
Namanya juga pesta, masak sih kita berpartisipasinya dengan muka yang cemberut dan tangan terkepal terus-menerus.Â
Nanti keram lho.Â