Jokowi dan Gagalnya Teori Bebek LumpuhÂ
Oleh: Andre Vincent WenasÂ
Di akhir masa jabatannya, dan karena alasan konstitusional ia tak bisa dipilih lagi karena sudah dua kali menjabat, maka periode ini kerap disebut 'lame-duck presidency'.Â
Masa kepresidenan yang dikategorikan sebagai periode bebek lumpuh. Ia gampang jadi mangsa dari predator-predator politik.Â
Tapi rupanya fenomena bebek lumpuh ini tidak berlaku untuk Joko Widodo di masa akhir kepresidenannya. Fenomena Jokowi adalah anomali.Â
Ia justru malah jadi semacam penentu kemenangan bagi kandidat yang diusung parpol. Sebut saja Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, juga para pengusung dan pendukungnya, mereka semua saling 'berebut restu' dari Joko Widodo.
"Saling-klaim" bahwa merekalah yang direstui jadi "penerus" kerja baik Pak Jokowi.Â
Memang wajar sih, dengan approval-rate yang bahkan tembus 90%, Â pamor Jokowi justru menguat, bukan untuk jadi presiden lagi tapi jadi penentu siapa yang bakal jadi presiden. Fenomena ini belum pernah terjadi sebelumnya. Luar biasa.Â
Maka berbagai analisa tentang kemana jari telunjuk Jokowi mengarah jadi penting.Â
Interpretasi dari berbagai fenomena coba diterjemahkan sebagai "tanda dukungan" Jokowi terhadap kandidat tertentu. Dan ini dengan manis terus dimainkan Jokowi, membiarkan semua pihak menafsirkan sendiri-sendiri. Posisinya sebagai King Maker justru jadi semakin kokoh.Â