Mohon tunggu...
Andrew Valentino
Andrew Valentino Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Menulis artikel opini mengenai isu-isu sosial politik seperti kebijakan publik, politik pelayanan publik, pemilu, dan politik praktis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mendefinisikan Nasionalisme Bagi Kehidupan Anak Muda di Era Digital

3 November 2022   22:25 Diperbarui: 3 November 2022   22:43 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesatnya kemajuan teknologi telah berhasil menggesar pola-pola kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang sebelumnya memiliki batasan ruang dan waktu, telah diruntuhkan dengan hadirnya teknologi. Hal ini telah berdampak pada masyarakat Indonesia dengan berubahnya struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perubahan-perubahan tersebut terjadi secara cepat dan sulit untuk dihindari. 

Dapat dilihat bahwa perubahan struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sangat mempengaruhi pemikiran, mental, sikap, pola pikir, dan cara pandang masyarakat Indonesia. 

Kehidupan manusia saat ini sedang mengalami pergeseran-pergeseran makna dikarenakan teknologi berhasil merubah pola kehidupan kita khususnya anak muda. 

Data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan bahwa hingga tahun 2030 populasi manusia di Indonesia akan didominasi oleh generasi anak muda atau juga disebut kalangan usia produktif. Masa depan Indonesia nantinya akan dilanjutkan oleh generasi tersebut. 

Keadaan ini diharapkan akan menjadi kelebihan yang dimiliki oleh Indonesia. Bahkan Indonesia pada tahun 2030 disebut akan memasuki tahun-tahun bonus demografi, dimana generasi anak muda dengan usia produktif ini yang akan membawa Indonesia menuju kejayaan sebagai suatu bangsa dan negara. 

Generasi anak muda memegang tanggung jawab besar terhadap kehidupan masa depan Indonesia sebagai bangsa dan negara. Hal ini menjadikan anak muda harus tetap menjaga rasa nasionalisme sebagai warga negara Indonesia.

Menjaga rasa nasionalisme merupakan bukanlah hal yang mudah, terutama bagi generasi anak muda saat ini. Pesatnya perkembangan zaman dan pergeseran yang diakibatkan menjadi satu halangan besar bagi mereka untuk menjaga rasa nasionalismenya. 

Perkembangan zaman telah merubah aturan-aturan, nilai-nilai, norma-norma, dan hal-hal lain yang dahulu diamalkan oleh masyarakat Indonesia sebagai perwujudan rasa nasionalismenya. 

Generasi anak muda pada masa dahulu, mereka diajarkan tentang bagaimana bersikap dan bagaimana cara menjadi warga negara yang baik, mengenal para pahlawan, hari-hari besar nasional, agama, budaya, dan kehidupan bermasyarakat yang baik. 

Hal ini dapat kita temukan pada pemahaman mereka mengenai sejarah bangsa dan negara Indonesia, hari-hari besar nasional, sikap menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama, sampai dengan rasa hormat serta tindakan saling tolong-menolong. 

Hal-hal diatas pada kenyataannya sudah jarang ditemukan pada generasi anak muda sekarang. Sejarawan dan budayawan Yapi Panda Abdiel Tambayong mengatakan bahwa perilaku masyarakat Indonesia dahulu yang lebih menerima pluralisme sudah tidak lagi tergambarkan pada masyarakat Indonesia saat ini. 

Survei CSIS mencatat bahwa ada 10 persen generasi anak muda yang setuju mengganti Pancasila dengan ideologi lain. Selain itu, suvei komunitas Pancasila Muda pada akhir Mei 2020 mencatat ada 19,5 persen generasi anak muda yang menganggap Pancasila tidak relevan bagi kehidupan. 

Hal tersebut diperparah dengan banyaknya responden yang tidak benar-benar memahami makna dari Pancasila. Rasa nasionalisme generasi anak muda yang memudar juga dapat dilihat dari banyaknya anak muda yang mementingkan diri sendiri ataupun kelompok kecilnya. 

Generasi anak muda sekarang juga dikenal dengan sikap-sikap individualisme yang tinggi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Mudahnya kita dapat melihat minimnya partisipasi anak muda pada kegiatan-kegiatan sosial seperti kerja bakti lingkungan sekitar. 

Perubahan zaman dan perkembangan teknologi memerlukan adanya penjelasan baru mengenai Nasionalisme. Era digital menjadikan banyak hal dalam kehidupan masyarakat yang perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman. 

Pada era digital saat ini, kemudahan dan kecepatan yang diberikan di kehidupan anak muda dapat dimanfaatkan untuk menciptakan rasa nasionalisme baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Maka sudah saatnya hal-hal teoritis yang menjadi dasar aturan, norma, dan nilai kehidupan bermasyarakat diperbarui, termasuk definisi tentang nasionalisme. 

Melihat banyaknya tantangan dalam menjaga rasa nasionalisme akibat perkembangan teknologi dan perubahan zaman mengharuskan terbentuknya upaya konkrit yang dapat mengatasi permasalahan ini. Dan pertama yang perlu dilakukan adalah mendefinisikan nasionalisme bagi anak muda di era digital. Pendefinisian ini harus disesuaikan dengan kehidupan di era digital terlebih kepada anak muda sebagai calon penerus bangsa dan negara Indonesia. 

Nasionalisme pada dasarnya merupakan sebuah istilah yang menggambarkan rasa kecintaan masyarakat terhadap bangsa, bahasa, dan daerah asal. Nasionalisme sebagai sebuah "isme" merupakan sikap politik atas kesamaan budaya, wilayah, cita-cita dan tujuan. 

Nasionalisme juga dipahami sebagai kecintaan yang tumbuh secara alami pada masyarakat yang menimbulkan kesadaran masyarakat dan mendorong mereka untuk menegakkan kedaulatan, serta bersepakat mendirikan sebuah negara berdasarkan kebangsaan yang telah disepakati, serta rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. 

Definisi nasionalisme yang sering kita dengar, lekat dengan paham chauvinisme yaitu paham yang mencintai bangsanya sendiri secara berlebihan. Definisi umum nasionalisme juga memberikan penjelasan yang terlalu rumit yang justru menjadikan anak muda sulit memahaminya. 

Sebagai contoh, kita sering mendengar bahwa nasionalisme sebagai warga negara itu adalah turun ke medan perang dengan menjadi tentara. Definisi tersebut dinilai sudah terlalu lama dan tidak relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Era digital dengan berbagai determinasi teknologi pada setiap aspek kehidupan, melahirkan definisi baru tentang rasa nasionalisme anak muda.

 Di zaman saat ini, rasa nasionalisme tidak lagi berhubungan dengan perang. Definisi nasionalisme di era digital haruslah erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, termasuk anak muda. Era digital menghadirkan dunia yang sangat terbuka dan berkembang pesat. 

Persaingan yang tidak dapat dihindarkan dapat ditindaklanjuti oleh anak muda dengan turut serta di dalam kontestasi bidang teknologi. Generasi anak muda dapat turut serta dalam pengembangan teknologi dengan tetap memegang pancasila sebagai dasar. Terdapat dua kemungkinan yang dapat dilakukan. 

Pertama, melakukan pengembangan teknologi berdasarkan sikap human-religius dalam penggunaannya. Kedua, pemanfaatan teknologi dengan tetap menempatkan agama dan budaya pada posisi yang saling berkaitan. 

Kemudahan akses informasi di era digital sebaiknya menjadi kemudahan bagi generasi anak muda untuk menyebarkan pesan-pesan pluralisme. Penggunaan media sosial yang justru menjadi jarak terhadap interaksi sosial secara langsung telah menumbuhkan sikap individualisme dan kurangnya interaksi sosial. 

Sehingga anak muda harus bijak dalam menggunakan media sosial, anak muda harus tetap mempertahankan norma-norma kehidupan sosial yang pluralisme dan saling menghormati satu sama lain. Hadirnya media sosial sebagai media komunikasi baru tidak boleh menghapus salah satu esensi dari komunikasi, yaitu interaksi sosial secara langsung yang menumbuhkan rasa kebersamaan dan tenggang rasa. 

Ini akan mengatasi sikap-sikap individualisme anak muda yang mana berbahaya terhadap moralitas. Interaksi sosial secara langsung dapat memberikan banyak waktu bagi anak muda untuk memahami ekspresi dan perasaan temannya yang tidak dapat tersampaikan jika melalui media sosial. 

Di bidang industri kreatif, anak muda dapat memanfaatkan era digital untuk memasarkan produk-produk kreasi dalam negeri yang erat dengan nilai-nilai budaya Indonesia. Sentuhan-sentuhan tradisional dalam karya yang mereka buat akan menjadi pengingat kita bahwa Indonesia merupakan negara multikultur yang kaya akan kebudayaan. Rasa nasionalisme bagi anak muda di era digital tidak lagi tentang mencintai negara dengan bentuk-bentuk tindakan masa lalu. 

Dengan tetap menghadirkan identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia dalam setiap lini kehidupan sebagai bentuk nyata cinta bangsa dan negara dapat dikatakan sebagai definisi dari nasionalisme bagi anak muda di era digital. Kemajuan zaman tidak hanya dipandang sebagai hambatan, melainkan menjadi tantangan yang harus dilewati dan dicarikan solusinya. 

Dengan kedekatan arti nasionalisme dengan kehidupan sehari-hari anak muda di era digital, mereka akan lebih mudah untuk mengimplementasikan dan mempertahankan rasa nasionalisme dengan gaya mereka. Sebab rasa nasionalisme adalah sikap yang berkembang dan harus menyesuaikan dengan kemajuan zaman. 

Referensi

Asyari, D & Anggraeni Dewi, D. 2021. "Peran Pendidikan Kewarganegaraan bagi Generasi Milenial dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Di Era Globalisasi ". Jurnal Pendidikan dan Konseling, Vol 3, (2), 30-21.

Kartini, A & Anggraeni Dewi, D. 2021. "Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Menumbuhkan Rasa Nasionalisme Generasi Muda di Era Digital". Jurnal Pendidikan dan Kewirausahaan, Vol 9, (1), 405-408.

Satya Yoga Agustin, D. 2011. "Penurunan Rasa Cinta Budaya dan Nasionalisme Generasi Muda Akibat Globalisasi". Jurnal Sosial Humaniora, Vol 4, (2), 177-185.

Fitrah Nurizzka, A. 2016. "Peran Media Sosial di Era Globalisasi Pada Remaja di Surakarta (Suatu Kajian Teoritis dan Praktis Terhadap Remaja Dalam Perspektif Perubahan Sosial". Jurnal Analisa Sosiologi, Vol 5, (1), 28-37.

Tokan Pureklolon, T. 2019. "Neo Nasionalisme dan Revolusi Digital di Indonesia". 121-127

Meidina Savitri, A. (2016). Apa Kabar Nasionalisme Kaum Muda Indonesia ?. Diakses pada 3 November 2022, dari https://www.its.ac.id/news/2016/10/28/apa-kabar-nasionalisme-kaum-muda-indonesia/

Hapsari, E. (2017). Anak Muda Minim Rasa Nasionalisme. Diakses pada 3 November 2022, dari https://www.republika.co.id/berita/orh4ow328/anak-muda-minim-rasa-nasionalisme

Putri, I. (2021). Bamsoet Sebut Milenial Kurang Nasionalisme Bisa Jadi Bom"Waktu". Diakses pada 3 November 2022, dari https://news.detik.com/berita/d-5673865/bamsoet-sebut-milenial-kurang-nasionalisme-bisa-jadi-bom-waktu 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun