"Salah satu kondisi ekstrem terjadi pada Oktober 2019. Harga beras eceran di Indonesia kala itu Rp13.978/kg. Pada waktu yang sama, harga beras Vietnam setara dengan Rp4.561. Selisih harga yang lebih dari tiga kali lipat itu amat menggiurkan."
Lanjutnya,
"Seandainyanya pun dibandingkan dengan harga eceran tertinggi untuk beras medium di Jawa (Rp9.450/kg), selisihnya dengan beras Vietnam masih dua kali lipat. Katakanlah beras impor Vietnam sampai di pasar domestik menjadi Rp7.000/kg, keuntungan yang diraup setidaknya Rp2.500/kg."
Sehingga,
"Dikalikan dengan 1 juta ton, maka keuntungan bersih bisa mencapai Rp2,5 triliun."
Nah itu dia! Menteri-menteri yang berasal dari parpol maupun yang bukan dari parpol tapi punya ambisi di tahun 2024 nanti, tentu perlu menumpuk amunisi dan logistik politiknya masing-masing. Ini hal yang gampang sekali dicerna oleh akal sehat rakyat kebanyakan.
Namun, sementara ini biarlah itu jadi urusan mereka dan pemerintah, yang penting buat rakyat adalah perut kenyang, sehingga bisa diajak berpikir waras.
Dan kali ini kita mengajak semua pihak untuk bersama-sama memikirkan kembali serta mengolah sisi demand (permintaan, konsumsinya) ketimbang pusing dengan sisi supply (pasokannya) dengan cara gampangan, yaitu impor.
Kita sangat berharap, diversifikasi pangan bukan lagi sekedar wacana di ruang publik, tapi sudah menjadi menu sehari-hari di meja makan.
Bagaimana?
16/03/2021