Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Teologi Penggal Kepala?

20 November 2020   12:37 Diperbarui: 20 November 2020   12:42 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teologi Penggal Kepala???

Oleh: Andre Vincent Wenas

Teologi, kata dari bahasa Yunani 'theos' artinya Tuhan, dan 'logia' yang maknanya 'kata-kata', ucapan, atau wacana. Disebut juga ilmu agama alias wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan.

Kalau di dalam semua agama bahwa Tuhan itu diyakini maha kuasa dan maha pengampun, lalu mengapa sementara oknum penganut agama (sebagai salah satu jalan) untuk memujaNya lalu bisa merasa lebih berkuasa dariNya dan tak bisa mengampuni sepertiNya?

Ada kemacetan dan pembelokkan berpikir dimana ini?

Bahkan lantaran sementara pihak ada yang merasa paling benar, sehingga kekuasaan Tuhan untuk menjadi hakim tertinggi tentang hukuman orang berdosa (atau imbalan tidak berbuat dosa) pun direbutnya.

'Playing God' istilahnya, bermain peran jadi Tuhan. Mungkin mengasyikkan saja bagi sementara pihak itu. Lha ya berkuasa kok, dan orang-orang yang berhasil dibodohinya itu pun jadi takluk dan taat buta atas apa pun yang disampaikan oleh para penyabot kuasa atas nama Tuhan.

Dan kerap tanpa ampun para penyabot itu mengumbar kekuasaan (power)nya dengan semena-mena, seenaknya sendiri dan dengan sangat angkuh menjadi -- seolah-olah -- Tuhan itu sendiri. Main hakim sendiri, itulah biang kerok keresahan dan kerusuhan.

Dalam negara hukum yang beradab, segala yang dianggap melanggar hak dan rasa kehormatan (kalau merasa dihina atau dilecehkan) segera laporkan pada apparat penegak hukum, penjaga kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat).

Begitu khan tata kehidupan masyarakat yang beradab. Bukan dengan adigang-adigung-adiguna mentang-mentang, lalu main ancam penggal kepala orang.

Pola pikir barbar seperti inilah yang mesti ditertibkan oleh pendidikan budi-pekerti, dan pola tindak barbarian seperti itu yang harus ditindak tegas olah aparat kemanan.

Hal semacam ini tak bisa dibiarkan dan ditolerir dalam tata kehidupan masyarakat berperikemanusiaan yang adil dan beradab, apalagi yang mengaku berketuhanan yang maha esa.

Sikap tidak adil sejak dari pikiran inilah yang mesti jadi agenda besar program pembangunan manusia Indonesia yang unggul. Agar setiap potensi bangsa bisa muncul ke permukaan tanpa dihalangi dan dikorupsi oleh parasit pemikiran dan cara bersikap model politik identitas berdasar pertimbangan SARA.

Banyak pekerjaan rumah untuk meluruskan cara berpikir (logika) bengkok akibat narasi yang bengok pula di berbagai ruang publik. Dan celakanya narasi bengkok seperti itu telah mempengaruhi alam pikir sebagian publik, dan telah membentuk sikap hati yang juga bengkok (tidak adil) di sementara kelompok.

Dan pekerjaan rumah yang besar itu masih belum kunjung selesai kita kerjakan. Pendidikan dan penegakan kamtibmas.

Ini mesti sesegera mungkin dilakukan, sebelum kepala-kepala kita dipenggal oleh kebodohan mereka yang telah menyabot posisi Tuhan dengan teologi penggal kepala ala kaum barbarian.

20/11/2020

*Andre Vincent Wenas*, Direktur Kajian Ekonomi, Kebijakan Publik & SDA Lembaga Kajian Anak Bangsa (LKAB).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun