Hal semacam ini tak bisa dibiarkan dan ditolerir dalam tata kehidupan masyarakat berperikemanusiaan yang adil dan beradab, apalagi yang mengaku berketuhanan yang maha esa.
Sikap tidak adil sejak dari pikiran inilah yang mesti jadi agenda besar program pembangunan manusia Indonesia yang unggul. Agar setiap potensi bangsa bisa muncul ke permukaan tanpa dihalangi dan dikorupsi oleh parasit pemikiran dan cara bersikap model politik identitas berdasar pertimbangan SARA.
Banyak pekerjaan rumah untuk meluruskan cara berpikir (logika) bengkok akibat narasi yang bengok pula di berbagai ruang publik. Dan celakanya narasi bengkok seperti itu telah mempengaruhi alam pikir sebagian publik, dan telah membentuk sikap hati yang juga bengkok (tidak adil) di sementara kelompok.
Dan pekerjaan rumah yang besar itu masih belum kunjung selesai kita kerjakan. Pendidikan dan penegakan kamtibmas.
Ini mesti sesegera mungkin dilakukan, sebelum kepala-kepala kita dipenggal oleh kebodohan mereka yang telah menyabot posisi Tuhan dengan teologi penggal kepala ala kaum barbarian.
20/11/2020
*Andre Vincent Wenas*, Direktur Kajian Ekonomi, Kebijakan Publik & SDA Lembaga Kajian Anak Bangsa (LKAB).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H