Potensi Eksplorasi Dalam Negeri: Sikat Mafia Impor Minyak! Beranikah?
Oleh: Andre Vincent Wenas, Sonny Sampurno & Prayit Haryono
Ahok ngomel-ngomel di medsos, lalu dipanggil Menteri Erick, klarifikasi katanya. Seyogianya masalah mendasar di Pertamina dan juga di beberapa BUMN lain yang kena serempet Ahok sudah diketahui oleh Menteri Erick dan mestinya juga oleh Presiden Joko Widodo. Baguslah.
Tinggal kita menunggu tindak lanjut dari semuanya (Pertamina, Peruri dan KemenBUMN). Menunggu sampai kapan?
Nah ini dia, mestinya secara periodik ada evaluasi dan paparan kepada publik (entah via DPR-RI atau langsung konperensi pers secara berkala). Apakah itu bulanan atau kwartalan. Progress report atau laporan perkembangannya di evaluasi bersama secara terbuka dan transparan. Ini khan perusahaan negara (milik rakyat).
Salah satu yang penting dalam "omelan" Ahok adalah soal utang Pertamina yang 16 milyar dollar. Ini soal sensitif, soal duit.
Selama ini Pertamina ditengarai rajin mengakuisisi wilayah kerja di manca negara. Dan untuk akuisisi ladang minyak ini Pertamina telah berutang sampai 16 miliar dollar AS.
Ini memang aneh sih, mengapa mesti akuisisi ladang minyak di luar negeri dan mengharapkan pengembalian investasinya hanya dari dividen (pembagian keuntungan). Itu pun kalau ada.
Wajar kalau kita juga jadi curiga. Ada apa ini? Bukankah sebaiknya Pertamina fokus saja untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensi ladang minyak di dalam negeri?
Menurut Ahok, Indonesia masih punya 12 cekungan yang berpotensi menjadi ladang migas. Jadi ya ngapain belanja saham ladang minyak di luar negeri? Ngapain kita yang jadi investor buat mereka? Kenapa tidak sebaliknya, kita undang mereka jadi investor di Indonesia!
Gambaran potensi eksplorasi migas di Indonesia.