Kita sudah sama-sama mahfum tentang kabar bahwa BUMN itu adalah mesin ATM-nya para politisi, para pejabat dan mitra para mafia ekonomi untuk membancaki negara, bukanlah sesuatu yang tak berdasar. Soal ini sudah tak perlu diperdebatkan lagi. Tahu sama tahulah...
Mekanisme review dan feed-back (umpan-balik) dalam sistem manajemen di Pertamina dan BUMN secara mendasar tidaklah berjalan alias macet, atau mungkin saja dimacetkan oleh oknum-oknum tertentu.
Jadi, mau tidak mau Ahok pun bertindak sebagai seorang 'whistle-blower' yang efeknya  - apa boleh buat -- telah membuka borok dalam praktek manajemen (pengelolaan) BUMN itu sendiri.
Seorang 'whistle-blower' biasanya muncul lantaran segala upaya sudah ditempuh dan ternyata membenturk tembok konspirasi. Konspirasi ini bisa saja terjadi di tengah, artinya memblokir segala arus umpan balik dari bawah ke atas.
Dan yang pasti, seorang 'whistle-blower' sudah tahu risiko yang bakal diterimanya.
Menimbang rekam jejak seorang Ahok, nampaknya ia akan terus merangsek, tak peduli dengan celotehan para konspirator yang selama ini punya kepentingan egosentris.
Kita bisa bayangkan, jika saja para konspirator kasak-kusuk itu minta supaya Ahok lebih bisa 'memahami' situasi di BUMN yang memang sudah 'lazim' seperti itu, maka pastilah ia akan membentak dengan teriakan, "Pemahaman nenek loe!!!"
Konspirator itu bisa "orang dalam" maupun "orang luar" BUMN yang selama ini sudah sangat terganggu proyek bancakannya akibat ulah usilnya Ahok, sang 'whistle-blower'.
Pritttt....!!! Babak kedua dimulai, lanjutkan! Lebih cepat, lebih baik.
18/09/2020
*Andre Vincent Wenas*, Sekjen 'Kawal Indonesia'.