Fase pertama saat ini adalah upaya persiapan rencana pemulihan. Lalu fase kedua nanti saat pandemi Covid dianggap mulai mereda.
Di saat itu Hong Kong akan fokus terhadap pasar lokal untuk mempromosikan suasana positif, yang bisa mendongkrak daya tarik Hong Kong sebagai tujuan wisata.
Pada fase kedua ini, promosi akan digencarkan ke dunia internasional agar wisatawan mancanegara tertarik untuk datang ke Hong Kong.
Pada fase ketiga, Dewan Pariwisata Hong Kong baru akan meluncurkan acara-acara besar, diikuti dengan program kampanye pariwisata baru untuk membangun kembali citra Hong Kong sebagai destinasi wisata.
Wisata wellness atau wellness tourism adalah wisata minat khusus yang bertujuan untuk menjaga kebugaran tubuh wisatawan. Rencananya, setelah wisata domestik bangkit dan kembali jadi primadona seusai pandemi, barulah kemudian perjalanan internasional diprediksi pulih kembali.
Kabarnya Hong Kong berencana melansir program "Jelajah Hong Kong" yang menyasar konsumen muslim Indonesia. Berbagai layanan wisata ramah muslim akan dikembangkan untuk menyambut para turis muslim yang juga bakal datang dari segala penjuru dunia.
Fenomena menarik dari strategi yang diterapkan Hong Kong untuk membangkitkan industri pariwisatanya. Memilih industri wellness (kebugaran) pasti ada maksud strategis sebagai latar belakangnya.
Mungkin saja Hong Kong berharap, kalau saja industri wellness bisa dibangkitkan, maka persepsi publik dunia terhadap kondisi higienis dan kebersihan yang optimal di area Hong Kong pastilah terjamin.
Dan kita tahu juga bahwa perang pemasaran adalah perang persepsi. Manakala persepsi tentang kebersihan dan higienitas suatu tempat (kota atau negara) itu dianggap sudah memenuhi syarat/standar protokol kesehatan maka kekuatiran akan bahaya kontaminasi  Covid-19 di tempat itu akan pupus dengan sendirinya.
Dan ini punya dampak ikutan (multiplier effects) yang cukup besar kepada kegiatan ekonomi dan sosial lainnya.
New normal dengan segala protokol kesehatan yang baku di suatu negara sudah menjadi paritas. Sudah tidak bisa lagi dianggap suatu kemewahan.