Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Penumpukan Utang BUMN, Kritik Adian Napitupulu dan Progres Restrukturisasi

28 Juni 2020   03:50 Diperbarui: 28 Juni 2020   04:17 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manakala proyek selesai dan berjalan baik serta menghasilkan kinerja positif, barulah dikonsolidasikan kembali ke perusahaan induk. Cara ini akan memberi gambaran lebih baik (sehat) dalam neraca dan laporan laba-rugi (profit and loss) perusahaan induknya.

Pembentukan investment-committee (komite investasi) juga bisa dipertimbangkan. Fungsinya untuk pengambilan kebijakan moratorium investasi. Komite-investasi ini yang mengevaluasi dan memberi persetujuan capex (belanja modal) tahunan. Hal ini demi menghindari tambahan utang dan beban bunga yang eksesif.

Sementara untuk investasi (capex) yang besarannya tidak signifikan bisa langsung diputuskan oleh dewan direksi. Alternatif pembiayaannya pun bisa diupayakan pola pinjaman lunak, misalnya saja lewat export credit agency (ECA).

Yang selalu mesti diingat bahwa prinsip berutang dalam suatu usaha adalah untuk keperluan pertumbuhan (growth). Karenanya manajemen perusahaan harus menjaga rasio utangnya terhadap modal (debt to equity ratio/DER) yang sehat. Misalnya 70 banding 30. Tujuh puluh persen utang dengan modal sendiri 30 persen.

Aspek 'debt service coverage ratio' juga diperhatikan, yaitu kemampuan menyicil utang dan bunga dari produktivitas perusahaan. Jangan sampai jebol, berutang hanya untuk bayar utang. Bisa jadi lingkaran setan nantinya. Maka berutang harus selalu dengan sikap prudent (hati-hati).

Akhirnya, kita bisa saja curiga bahwa tumpukan utang di grup BUMN adalah lantaran dari banyaknya skandal proyek (capex) maupun operasional (opex) di masa lalu. Sudah proyeknya di-mark-up, utangnya pun dibelokan (side-streaming) ke pundi-pundi perkoncoan. Alias korupsi berjamaah.

Proyek itu akhirnya tidak produktif atau malah mangkrak. Akibatnya jadi beban makin berat. BUMN pun terseok-seok jalannya diganduli utang yang bejibun.

Untuk itulah Menteri Erick Thohir sedang merestrukturisasi postur dan model-bisnis BUMN. Sekaligus mereposisi para komandan lapangan (komisaris dan direksi)nya.

Kita hanya mau bilang, maju saja terus dengan program 'Bersih-Bersih BUMN'. Jadikan kritik Adian Napitupulu soal utang BUMN sebagai caveat (peringatan dini) untuk melanjutkan progres restrukturisasi. Lebih cepat, lebih baik.

Pangkas tumor (benalu)nya, bakar lemaknya (duplikasi dan birokrasi gemuk), sambil terus memperkuat ototnya (sinergi antar BUMN).

Kalau ada yang menggerecoki, sikat saja!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun