Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Restrukturisasi BUMN, Pangkas Tumornya, Bakar Lemaknya, dan Perkuat Ototnya

16 Juni 2020   11:01 Diperbarui: 16 Juni 2020   11:08 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Restrukturisasi BUMN, Pangkas Tumornya, Bakar Lemaknya dan Perkuat Ototnya*

Oleh: *Andre Vincent Wenas*

Banyak BUMN yang dipangkas Menteri Erick Thohir, sakit memang, terutama bagi yang kena operasi amputasi itu. Tidak mengapa, itu proses biasa dalam restrukturisasi bisnis model.

Ini langkah penting untuk sebuah korporasi besar seperti grup BUMN. Perbaikan posisi keuangan dan proses bisnis yang efektif dan efisien adalah proses terus menerus (continuous).

Pernyataan tegas Menteri Erick Thohir, "Kalau perusahaan sehat, pasti yang middle ke bawahnya sehat. Problem ini kan selalu yang bagian atas ini pemimpin terlalu membawa isu-isu yang populer, tapi ujung-ujungnya perusahaannya bangkrut semua, utangnya gede. Nah jadi saya sikat dulu yang di situ."

Dulu sewaktu CEO GE yang legendaris, Jack Welch, memulai masa kepemimpinannya di korporasi raksasa dunia itu, ia juga pertama-tama melakukan restrukturisasi model bisnisnya. Ucapan terkenalnya adalah, 'Fix, Sell or Close', gamblang tanpa tedeng aling-aling.

Dia hanya minta setiap CEO di group usaha GE untuk mempresentasikan rencana bisnis yang bisa membawa setiap perusahaan di bawah grup GE untuk jadi nomor 1 atau 2 dalam peta persaingan tingkat dunia (global).

Kemudian dia akan menyimak baik-baik bersama timnya di GEMDI (GE Management Development Institute) berdiskusi dan adu argumentasi untuk kemudian sampai pada 3 kesimpulan.

Apakah anak perusahaan itu akan bisa memperbaiki posisinya (fix it). Kalau tidak bisa ya option-nya hanya tinggal dijual (sell), atau kalau tidak ada yang berminat dan memang cuma jadi benalu di dalam grup GE ya ditutup (close). Simple, straight to the point: fix, sell or close. Tidak usah main politik-politikan. It's business stupid!

Nampaknya Menteri Erick pun saat ini sedang memperbaiki bisnis model di grup BUMN. Itu hal bagus (necessary) dan perlu didukung sepenuhnya. Jangan sampai inisiatif demi efisiensi ini dipolitisir oleh sementara pihak.

Kita melihat memang 'streamlining' proses bisnis di BUMN secara keseluruhan sangat diperlukan. BUMN adalah institusi bisnis yang perlu daya saing di kancah pasar yang semakin terglobalisasi. Persaingan bisa datang dari arah mana saja. Jadi segala benalu atau tumor yang sekedar numpang hidup dan menggerogoti ya dipangkas saja.

Dan bisnis yang duplikasi dan selama ini cuma jadi semacam lemak dalam tubuh korporasi besar BUMN ya dibakar supaya semakin lincah (efisien). Dibakar itu maksudnya di merger, gabungkan, dan digambar ulang proses bisnis yang paling efektif dan efisien untuk bisnis yang telah di merger itu.

Secara kuantitatif sudah diperkirakan bahwa dari 142 BUMN akan menjadi sekitar 70 sampai 80 saja. Dan saat ini sudah dipangkas 35 BUMN.

Tentu saja ada implikasi terhadap OD (organization design) nya. Terutama jajaran direksi dan komisaris. Itu lumrah saja, tidak ada yang aneh sebetulnya. Kecuali memang ada yang mempolitisir isu ini.

Menyusun jajaran direksi dan komisaris pun mestinya mengikuti kaidah bisnis saja, akuntabilitas terhadap proses bisnis yang mesti dikelola secara efektif dan efisien.

BUMN bukanlah panti-jompo atau tempat penitipan bayi yang perlu disusui terus. Bukan tempat penyaluran balas jasa tanpa kinerja buat oknum, entah itu konco atau cucu dari nenek. Karena BUMN memang bukan badan usaha milik nenek loe!

Penempatan direksi dan komisaris yang eksesif dalam suatu badan usaha (bisnis) jelas akan menambah birokrasi. Itu sudah lazim diketahui bersama. Apalagi kalau tidak bisa diorkestrasi secara tegas dan disiplin. Semau-maunya sendiri, tidak disiplin, mentang-mentang merasa punya bekingan di partai politik penguasa.

Jadinya ya adigang-adigung-adiguna. Buktinya untuk kasus PTPN saja kabarnya sampai bisa punya utang sebesar Rp 42 trilyun. Bagaimana itu justifikasinya? Jangan-jangan itu cuma program konspirasi bancakan berjamaah (lewat pola klasik side-streaming) saja? Wallahualam!

Maka, inisiatif restrukturisasi bisnis model BUMN saat ini perlu didukung. Dan setiap upaya politisasi dari para politisi-politisi busuk yang sibuk menggerecoki proses ini harus terus diingatkan (maksudnya diperingatkan), kalau perlu dengan keras.

Diingatkan bahwa jangan coba-coba menggerecoki proses 'streamlining' ini, apalagi jika hanya lantaran teman atau konconya jadi korban yang diamputasi dari jajaran struktur direksi atau komisaris di BUMN. Itu khan norak sekali!

Proses streamlining (perampingan) BUMN agar lebih lincah dan trengginas dalam menghadapi persaingan bisnis global jelas inisiatif yang penting dan perlu.

Maka kalau ada politisi yang sewot, politisi model seperti itu hanyalah membawa kepentingan sempitnya sendiri atau kepentingan titipan yang mesti dilaksanakannya sebagai petugas partai yang baik dan setia layaknya anjing herder.

Jelas itu sejenis politik-bisnis yang hanya mementingkan perkoncoan atau pola lama patron-klien (politisi sebagai pelindung/patron dan pengusaha sebagai kliennya), bisnis-politik. Dan... tentu saja di situ ada rente ala kadarnya, apakah kadarnya 18 karat atau sampai 24 karat. Haha... lagu lama, penyanyi baru.

Tujuan melakukan restrukturisasi atau perampingan (streamlining) suatu korporasi besar seperti grup BUMN adalah untuk memangkas tumor (perusahaan benalu), membakar lemaknya (eliminasi segala inefisiensi) dan sekaligus memperkuat otot pergerakan usaha (meningkatkan kompetensi dan sinergi) lewat merger/akuisisi.

Kesemuanya itu mesti dijahit dalam suatu pola bisnis model yang baru, yang sedemikian rupa sehingga mampu bersaing, dan mampu menghasilkan profit (untuk BUMN artinya kontribusi kepada negara/APBN). Landscape-nya adalah VUCA (volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity) di kancah persaingan global. Ini tidak main-main.

Maju terus dengan program perampingan BUMN. Tak usah terlalu dihiraukan barisan sakit hati yang pada dasarnya memang egois dan serakah. Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.

Demi Indonesia yang lebih baik.

16/06/2020

*Andreas Vincent Wenas,DRS,MM,MBA*, Sekjen 'Kawal Indonesia' -- Komunitas Anak Bangsa

Sumber:

Kompas

Detik

Kompas

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun