Karena dalam kondisi sedemikian tugas kita tinggal mencegah yang terburuk untuk berkuasa. Ya, pilihan 'minus-malum', kondisi memilih yang lebih sedikit buruknya di antara pilihan lain yang jauh lebih buruk. Apa boleh buat.
Tragis memang. Tapi itulah realitas perpolitikan di mana para partisipan proses demokrasinya belum mencapai tingkat yang ideal. Seperti yang diidealisasi oleh Plato misalnya. Partisipan politik yang penuh dengan hikmat dan kebijaksanaan laksana para filsuf.
Begitulah keberadaan kita senyatanya. Yang penting, dalam keterlemparan ke dunia yang seperti ini, kita terus melangkah. Tidak menyerah kepada faktisitas. Determinasi sikap hidup sebagai 'zoon-politikon' ada pada diri masing-masing.
Panggilan politik kita semua, menjelang Pilkada Serentak 2020 (atau 2021), agar rakyat dibuat sadar politik, sehingga mereka (dan suara mereka) bukan cuma jadi seperti tissue basah, yang sekali pakai lalu dibuang.
11/06/2020
*Andreas Vincent Wenas*, Sekjen 'Kawal Indonesia' -- Komunitas Anak Bangsa