Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Wacana Reshuffle Kabinet: Presiden Bukan Petugas Partai!

28 Mei 2020   14:01 Diperbarui: 29 Mei 2020   10:16 3153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden RI, Joko Widodo memperkenalkan menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju dan pejabat setingkat menteri sebelum pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Presiden RI Joko Widodo mengumumkan dan melantik Menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju serta pejabat setingkat menteri.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Inti soalnya, kita tidak alergi terhadap isu reshuffle kabinet. Itu soal yang biasa dalam manajemen dan kepemimpinan. Apalagi di tataran negara. Tanggung jawab terakhir tetaplah ada di tangan sang presiden.

Tugas dan kepentingan ideal partai politik adalah menghantarkan putra terbaik bangsa menjadi pemimpin negeri ini.

Untuk memimpin seluruh rakyat menuju Masyarakat Adil Makmur, yaitu menjadi suatu bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil, sejahtera, maju, beradab, percaya diri, berperikemanusiaan, pasca menyeberangi jembatan emas proklamasi kemerdekaan dulu.

Tentu wajar-wajar saja jika partai politik ikut berkontribusi untuk 'menyumbangkan' kader-kader terbaiknya sebagai bagian dari formasi tim pembantu presiden. Itu tidak dipungkiri. Sama seperti tidak bisa dipungkiri pula bahwa hak prerogatif presidenlah yang menjadi penentu akhir siapa-siapa yang akan dipilihnya.

Sekarang sudah lebih dari setengah tahun kabinet Jokowi periode kedua ini berkiprah. Evaluasi kinerja semesteran pasti sudah dilakukan oleh sang presiden.

Di tengah kemelut pandemi Covid-19 ini tambah jelas lagi mana-mana saja pembantu presiden yang sigap lincah dan cerdas dalam kerja sama tim untuk mendukung visi presiden. Itu jelas.

Setelah pada semester awal ini Presiden Joko Widodo 'memberi kesempatan' alias 'mengakomodir' kepentingan partai-politik untuk mendudukan kader-kadernya atau 'orang yang dianggap' sebagai kadernya untuk jadi menteri, maka sudah cukup waktunya untuk sekarang memberi keleluasaan sepenuh-penuhnya bagi presiden menentukan sendiri (sesuai dengan hak prerogatifnya) siapa-siapa saja yang bisa terus, dan siapa saja yang mesti masuk kotak.

Publik juga bisa menilai, partai-partai mana yang sewot dengan isu reshuffle kabinet, dan partai mana yang cerdas memberi masukan tulus demi efektivitas kerja presiden dan timnya.

Seperti pernah diingatkan oleh Prof.Franz Magnis-Suseno dulu,

"Masih banyak sekali hal yang selama lima tahun pertama pemerintahan Jokowi belum berhasil ditangani seluruhnya. Jumlah orang miskin dan hampir miskin masih terlalu besar, keadilan sosial masih jauh dari harapan, pertumbuhan ekonomi sedang-sedang saja, pembangunan infrastruktur sebagian besar masih dalam proses, dan sejumlah BUMN kunci dalam tekanan."

Apalagi sekarang ada tekanan besar yang sifatnya mondial (mendunia), pandemi Covid-19. Semua tantangan ini hanya akan dapat ditangani Presiden Jokowi apabila ia punya tangan bebas untuk mengangkat para pembantunya yang sungguh berkualitas:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun