Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kumpul Ora Kumpul Yo Tetep Mesti Mangan!

25 April 2020   22:02 Diperbarui: 25 April 2020   22:42 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mangan ora mangan sing penting kumpul. Sementara ini tidak berlaku! Social distancing brooo....

Bahas aja kesiapan stok pangan pokok, soalnya kumpul ora kumpul sing penting iso mangan. Secara nasional ada 11 stok pangan yang penting dicermati.

Kesebelas pangan pokok yang perlu dijaga ketersediaan pasokannya adalah: 1) Beras, 2) Jagung, 3) Bawang merah, 4) Bawang putih, 5) Cabai merah besar, 6) Cabai rawit, 7) Daging sapi/kerbau, 8) Daging ayam ras, 9) Telur ayam, 10) Gula pasir, 11) Minyak goreng.

Supaya gampang melihat gambaran besarnyanya, kita bahas singkat untuk masing-masing. Dilihat dari supply-demand (produksi lokal vs konsumsi domestik) secara total tahunan.

Kalau ada defisit pasokan ya mesti cari sumber pasokan di luar negeri (impor), tentu dengan mempertimbangkan posisi stok yang ada dan lead-time dalam logistik impor.

Beras. Supply, data BPS 2019, produksi ada di kisaran 31,31 juta ton. Konsumsi nasional tahunan 29,6 juta ton. Masih surplus. Impor hanya diperlukan untuk menjaga kesimbangan stok.

Jagung. Kementan bilang produksi nasional 29 juta ton (?), konsumsinya sekitar 15,5 -- 17 juta ton. Surplus 12 -- 13,5 juta ton (?) Ini data agak aneh. Lantaran kenyataannya kita toh masih impor hampir 600 ribu ton. Mungkin perlu dipilah mana jagung yang dikonsumsi orang, dan mana yang untuk pakan ternak. Sehingga datanya jelas.

Bawang merah. Supply, produksinya sekitar 1,6 juta ton. Konsumsi di sekitar angka itu juga. Jadi cukup.

Bawang putih. Supply, produksi lokal cuma sekitar 39 ribu ton. Konsumsinya sekitar 500 ribu ton. Defisit besar sekali. Selama ini kabarnya RRT memasok lebih dari 90% kebutuhan bawang putih kita.

Cabai merah besar. Supply, produksi sekitar 1,35 juta ton. Konsumsi nasional sekitar 1,3 juta ton. Cukup.

Cabai rawit. Supply, produksi sekitar 1,47 juta ton. Konsumsinya sekitar 1,3 juta ton. No problem.

Daging sapi/kerbau. Supply lokal 422.533 ton. Konsumsinya sekitar 707.150 ton per tahun. Defisit, mesti impor. Entah dalam bentuk daging potong atau bakalan.

Daging ayam ras. Supply, produksi domestik 3,83 juta ton. Konsumsinya sekitar 3,3 juta ton. Masih cukup, bahkan surplus.

Telur ayam. Supply, produksi 2,8 juta ton. Konsumsinya sekitar 1,72 juta ton. Masih cukup, bahkan surplus.

Gula pasir. Supply lokal diprediksi sekitar 2 juta ton. Konsumsi nasional sekitar 6,6 juta ton. Defisit besar. Mesti impor. Gula mentah? hati-hati dengan regulasi yang ada. Thailand, Brazil dan Australia biasanya jadi pemasok gula mentah ke Indonesia.

Minyak goreng. Tidak masalah, kita salah satu produsen CPO terbesar di dunia. Produksi minyak sawit Indonesia tahun 2019 sekitar 52 juta ton, diekspor sekitar 36 juta ton. Konsumsi minyak goreng nasional sekitar 3 juta ton. 

Dalam pandemi yang melanda seluruh dunia seperti ini, mesti diperhatikan juga kapasitas/kemampuan produksi nasional yang kemungkinan juga terdistorsi lantaran para pelaku produksinya terkena isolasi/lockdown.

Untuk importasi juga mesti dilihat aspek kepentingan negara sumbernya. Jangan-jangan mereka juga mengalami shortage produksi. Dan tentu saja masing-masing negara akan lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan nasionalnya masing-masing. Kalau masih ada ekses produksi barulah diekspor.

Dan jangan lupa, di setiap komoditi itu, apalagi yang masih perlu diimpor, hati-hati dengan para mafia impor. Ini bukan kerja perorangan, mafia itu bekerja dalam jaringan. Rumit dan licin operasinya, kalau tidak tegas komitmen pemberantasannya, malah bisa tersesat dan tergelincir lho...

Sebetulnya ada beberapa komoditi pangan lain yang signifikan juga. Misalnya kedelai, terigu, garam, dll. Juga komoditi yang berhubungan dengan pangan, misalnya pupuk, pestisida, bibit, dll.

Untuk swasembada juga bertalian dengan soal lahan, jadi mesti berhadapan juga dengan mafia lahan/tanah. Tapi jangan gentar, maju terus, sikat semua penjahat-penjahat pangan itu.

Itu semua mesti dicermati, diselaraskan kebijakan produksi maupun kebijakan impornya. Maupun kebijakan swasembada, bahkan mana yang bisa diekspor di masa depan (selain sawit).

Supaya kita semua meski ora iso kumpul, sing penting iso mangan. Kenyang dan murah (terjangkau). Ini soal perut rakyat brooo....

25/04/2020

*Andreas Vincent Wenas*, Sekjen 'Kawal Indonesia' -- Komunitas Anak Bangsa

Sumber:
cnnindonesia.com
money.kompas.com
pertanian.go.id
mediaindonesia.com
bps.go.id
ekonomi.bisnis.com
industri.kontan.co.id
agrina-online.com
kolom.tempo.co

dok. pribadi
dok. pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun