Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kumpul Ora Kumpul Yo Tetep Mesti Mangan!

25 April 2020   22:02 Diperbarui: 25 April 2020   22:42 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Daging sapi/kerbau. Supply lokal 422.533 ton. Konsumsinya sekitar 707.150 ton per tahun. Defisit, mesti impor. Entah dalam bentuk daging potong atau bakalan.

Daging ayam ras. Supply, produksi domestik 3,83 juta ton. Konsumsinya sekitar 3,3 juta ton. Masih cukup, bahkan surplus.

Telur ayam. Supply, produksi 2,8 juta ton. Konsumsinya sekitar 1,72 juta ton. Masih cukup, bahkan surplus.

Gula pasir. Supply lokal diprediksi sekitar 2 juta ton. Konsumsi nasional sekitar 6,6 juta ton. Defisit besar. Mesti impor. Gula mentah? hati-hati dengan regulasi yang ada. Thailand, Brazil dan Australia biasanya jadi pemasok gula mentah ke Indonesia.

Minyak goreng. Tidak masalah, kita salah satu produsen CPO terbesar di dunia. Produksi minyak sawit Indonesia tahun 2019 sekitar 52 juta ton, diekspor sekitar 36 juta ton. Konsumsi minyak goreng nasional sekitar 3 juta ton. 

Dalam pandemi yang melanda seluruh dunia seperti ini, mesti diperhatikan juga kapasitas/kemampuan produksi nasional yang kemungkinan juga terdistorsi lantaran para pelaku produksinya terkena isolasi/lockdown.

Untuk importasi juga mesti dilihat aspek kepentingan negara sumbernya. Jangan-jangan mereka juga mengalami shortage produksi. Dan tentu saja masing-masing negara akan lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan nasionalnya masing-masing. Kalau masih ada ekses produksi barulah diekspor.

Dan jangan lupa, di setiap komoditi itu, apalagi yang masih perlu diimpor, hati-hati dengan para mafia impor. Ini bukan kerja perorangan, mafia itu bekerja dalam jaringan. Rumit dan licin operasinya, kalau tidak tegas komitmen pemberantasannya, malah bisa tersesat dan tergelincir lho...

Sebetulnya ada beberapa komoditi pangan lain yang signifikan juga. Misalnya kedelai, terigu, garam, dll. Juga komoditi yang berhubungan dengan pangan, misalnya pupuk, pestisida, bibit, dll.

Untuk swasembada juga bertalian dengan soal lahan, jadi mesti berhadapan juga dengan mafia lahan/tanah. Tapi jangan gentar, maju terus, sikat semua penjahat-penjahat pangan itu.

Itu semua mesti dicermati, diselaraskan kebijakan produksi maupun kebijakan impornya. Maupun kebijakan swasembada, bahkan mana yang bisa diekspor di masa depan (selain sawit).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun